"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" adalah suatu kalimat legenda diungkapkan oleh bapak bangsa kita, bung Karno yang menunjukkan pentingnya peran pemuda. Apalagi pada Tahun 2020 sampai 2035, adalah suatu era yang langka yang akan dialami oleh bangsa Indonesia, suatu era yang disebut dengan Bonus Demografi dimana diramalkan pada dalam sejarah bangsa Indonesia, jumlah usia produktif Indonesia berada grafik tertinggi yaitu mencapai 297 juta jiwa atau 64% dari total jumlah penduduk Indonesia sehingga penting bagi kita mengembangkan anak-anak kita agar menjadi pemuda yang dapat mengembangkan Indonesia, negeri kita tercinta.
Salah satu aspek yang perlu ditingkatkan dari pemuda kita adalah resiliensi, sebagai suatu proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesulitan atau kemalangan (adversity) yang signifikan (Cahyani dan Rahmasari, 2018). Diharapkan dengan demikian, pemuda-pemudi kita akan menjadi generasi yang tangguh menghadapi semua tantangan dalam hidupnya.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi ada self esteem (Missasi, V & Dwi, I 2019). Brooks dalam Beryo Koba, Edwina, & Fun Fun (2019) mengungkapkan bahwa anak yang resilien memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, kontrol personal yang realistis dan memiliki harapan. Sehingga salah satu cara untuk meningkatkan resiliensi remaja adalah dengan meningkatkan self esteem mereka. Hal ini menjadi penting teruatama pada anak pra-remaja yang biasanya berada pada SD kelas akhir karena masa remaja disebut juga masa negatif karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif, sebuah fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua dengan perkembangan fungsi-fungsi tubuh yang juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga (Sobur dalam Diananda, 2013). Pada masa ini pada anak perempuan, Self esteem menjadi penting untuk ditingkatkan karena memasuki masa remaja self esteem anak perempuan cenderung menurun (Santrock, 2013).
Semua hal tersebut diatas mendorong Melani Aprianti, Firman Alamsyah Ario Buntaran dan Prahastia Kurnia Putri, dosen fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana untuk melakukan pengabdian masyarakat skema PPM Internal berupa memberikan intervensi dalam bentuk pelatihan Self-Esteem Enhancement untuk meningkatkan resiliensi pada para siswi yang memasuki masa pra remaja di sekolah SD wilayah Jakarta Barat. Intervensi yang dilakukan pada 13 Februari 2023 tersebut berupa memberikan kegiatan dan permainan yang dapat meningkatkan pemahaman para siswi akan kelebihan dan kemampuan diri. Diharapkan dengan pelatihan ini mereka akan memiliki penilaian yang lebih positif akan dirinya dan lebih mencintai diri mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H