Lihat ke Halaman Asli

Psychoedu

Psikolog

Stimulasi Pra-Berhitung Anak Usia Dini, Sudah Tepatkah?

Diperbarui: 18 Juli 2022   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Materi 1. Pra-Berhitung/dokpri

Siapa yang tidak bangga ketika si kecil sudah dapat menggerakkan jarinya buka-tutup seraya menyebutkan bilangan, "satu, dua, tiga"?
Siapa yang tidak bangga ketika si kecil sudah dapat menjumlah dua kelompok benda?
Siapa yang tidak bangga ketika si kecil sudah dapat mengenali angka dan menyebutkannya dengan benar?
Kalau si kecil sudah bisa melakukan itu, selamat! Berarti si kecil sudah mulai memasuki fase pra-berhitung.

Kurang lebih itulah yang disampaikan dalam oleh tim dosen Psikologi Universitas Mercu Buana dalam program Pengabdian kepada Masyarakat. 

Tim dosen yang terdiri dari Prahastia Kurnia Putri, M.Psi, Psikolog dan Riblita Damayanti, M.Psi, Psikolog menekankan bahwa dalam stimulasi pra-berhitung anak, terutama yang berada di jenjang usia dini, tidak semerta-merta langsung diajarkan angka atau melakukan penjumlahan dan pengurangan. Semuanya ada tahapnya tergantung pada kematangan kognisi anak.

"Menurut Piaget, biasanya tahap perkembangan kognisi anak usia dini berada pada tahap pra-operasional. Di usia tersebut, anak baru mulai mengenal simbol. Angka adalah simbol. Jadi sebelum belajar angka, belajar apa? Dari benda konkrit di sekitar. Misalkan mengenal bentuk, memahami warna, perbedaan besar kecil. Dengan bisa mengidentifikasi, maka anak nantinya bisa melakukan klasifikasi," ujar Prahastia.  

"Selanjutnya, maka anak belajar untuk membilang. Hanya untuk mengenal bunyi bilangan satu, dua, tiga, dan seterusnya. Jika sudah, barulah anak mulai dikenalkan angka dan benda konkritnya. Jadi tidak tiba-tiba diajarkan angka atau penjumlahan."
Tidak hanya itu, kegiatan yang dilakukan bekerja sama dengan KB-TK Exiss Abata ini juga tidak hanya membahas fungsi kognitif anak untuk persiapan pra-berhitung, namun juga tips dan trick mendampingi anak belajar di rumah. 

"Kesiapan anak dalam menyerap informasi sangat tergantung pada panca indranya, kalau ia dalam kondisi Lelah, lapar, mengantuk, maka panca indranya tidak mampu bekerja dengan baik," demikian yang disampaikan oleh Riblita. 

Ia melanjutkan, bahwa kesiapan lingkungan, kesiapan pendamping, adalah kunci dari keberhasilan mendampingi anak di rumah. Tak kalah pentingnya, memahami dan mengenali kelebihan dan kekurangan si kecil juga sangat menunjang pembelajaran di rumah. Dengan mengenal lebih dalam, diharapkan si kecil menjadi lebih fun dan mengganggap belajar bukan sesuatu yang membosankan.

Materi 2. Pendampingan Anak Belajar di Rumah/dokpri


Terakhir, keduanya berpesan kepada peserta yang Sebagian besar terdiri dari guru dan orangtua, bahwa anak usia dini masih usia bermain, jadi kemas stimulasi pra-berhitung dalam kegiatan permainan atau aktivitas sehari-hari, bukan dalam kegiatan akademis yang monoton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline