Lihat ke Halaman Asli

Provokasi Berbahaya Amien Rais yang Dapat Memecah Belah Bangsa

Diperbarui: 11 Oktober 2024   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sangat disayangkan seorang tokoh senior seperti Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A. yang memiliki gelar akademik tinggi, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Syura Partai Ummat, justru terlibat dalam provokasi dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah bangsa. Dalam sejumlah pernyataannya di media sosial, Amien Rais kerap menggunakan retorika yang mengarah pada perpecahan, salah satunya terkait isu "pasukan berani mati Jokowi." Narasi yang disampaikannya ini tidak hanya melahirkan keresahan di masyarakat, namun juga membingkai situasi politik secara tidak akurat, yang berisiko merusak persatuan nasional.

Pernyataan tentang adanya pasukan berani mati yang disebut-sebut akan menjaga Presiden Joko Widodo dan keluarganya, sebagaimana disampaikan oleh Amien Rais di kanal youtube Amier Rais Official yang diunggah 9 September 2024 berdurasi sekitar 17 menit 42 detik, tidak memiliki dasar fakta yang jelas. Pada 22 September 2024, sebagaimana yang ia klaim, tidak ada apel akbar atau kerumunan yang terjadi di Jakarta. Kondisi di Ibu Kota justru berjalan normal tanpa adanya tanda-tanda pergerakan besar dari kelompok yang disebut-sebut sebagai pasukan tersebut. Provokasi semacam ini seharusnya tidak dilakukan, terlebih oleh seorang tokoh yang dihormati, karena hanya memperkeruh suasana tanpa kontribusi nyata terhadap stabilitas politik.

Lebih lanjut, dalam video yang diunggahnya, Amien Rais secara terang-terangan menyebut Presiden Jokowi sebagai "presiden bebek lumpuh" dan menyebut putra sulungnya, Gibran, sebagai "mentimun bongkok." Penggunaan istilah yang merendahkan ini tidak hanya tidak pantas, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan kritik yang konstruktif. Kritik kepada pemimpin negara, terutama seorang presiden, harus disampaikan dengan cara yang bermartabat dan didasarkan pada fakta, bukan melalui ujaran yang penuh dengan sarkasme dan penghinaan personal yang tidak produktif.

Pada acara Silaturahim LintasTokoh dan Elemen Rakyat, yang diinisiatif oleh sang provokator Faizal Assegaf dengan mengangkat tema "Jelang 20 Oktober 2024...?", di Aljazera Signature Restoran & Lounge, Jl. Johar No. 8, Kb. Sirih, Kec. Menteng Jakarta pada Senin, 1/10/2024. Amien Rais yang hadir pada acara tersebut juga melakukan provokasi dengan menyinggung masa depan Presiden Jokowi pasca masa jabatannya, dengan asumsi-asumsi yang berlebihan, seperti menyebut kemungkinan Jokowi dipenjara. Narasi ini menunjukkan kecenderungan untuk menciptakan suasana ketidakpastian yang tidak diperlukan. Sebagai seorang tokoh yang pernah memainkan peran penting dalam sejarah reformasi Indonesia, sikap seperti ini justru menunjukkan Amien Rais telah bergeser dari peran sebagai penjaga demokrasi menjadi sosok yang seringkali menyebarkan ketakutan dan ketidakpercayaan terhadap institusi negara.

Lebih ironis lagi, Amien Rais menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi bersifat otoriter dan tidak menghargai konstitusi, sebuah tuduhan yang tidak berdasar dan berpotensi menyesatkan publik. Padahal, selama masa pemerintahannya, Jokowi tetap berpegang pada prinsip-prinsip konstitusional dan menjalankan program-program pembangunan yang membawa kemajuan bagi masyarakat. Tuduhan Amien Rais, tanpa dukungan bukti yang kuat, hanya mengarah pada polarisasi yang semakin mendalam di kalangan masyarakat.

Dalam konteks ini, penting bagi kita semua untuk tetap waspada terhadap berbagai bentuk provokasi yang berpotensi memecah belah bangsa. Ujaran kebencian dan fitnah, hanya akan melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa yang telah kita bangun bersama. Sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar, Amien Rais seharusnya memberikan kritik yang membangun dan bersifat positif untuk memajukan bangsa, bukan malah menciptakan perpecahan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, mari kita lebih bijak dalam menyikapi setiap isu yang berkembang dan tidak mudah terprovokasi untuk melakukan demonstrasi yang tidak bermanfaat. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama adalah tanggung jawab kita semua. Dengan kesadaran bersama, kita dapat menjaga stabilitas dan kemajuan bangsa, serta menghadapi setiap tantangan dengan cara yang damai, demokratis, dan penuh rasa hormat terhadap satu sama lain. Persatuan inilah yang akan membuat bangsa ini semakin kuat dan tangguh menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline