Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Provokasi Jelang Momen Pelantikan Presiden Terpilih

Diperbarui: 30 September 2024   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru-baru di berbagai platform media sosial beredar ajakan  "KONSOLIDASI LINTAS TOKOH DAN ELEMEN MASYARAKAT JELANG 20 OKTOBER 2024" yang akan diselenggarakan pada tanggal 1 Oktober 2024, bertempat di Aljazera Signature Restoran Jl. Johar No. 8 Kb. Sirih Kec. Menteng Jakarta Pusat dengan inisiator provokasi Faizal Assegaf (Politikus Politik) dengan tema Hampir satu dekade elite dan elemen rakyat dipasung dikenai bernegara serta terjebak dalam kejahatan politik kotak-kotak rezim Jokowi. Saatnya bangkit dan saling berangkulan untuk menegakan harapan atas keadilan di ujung lengsernya kekuasaan Mulyono. Bergerak serentak galang konsolidasi demi memperkuat temali.

 Narasi tersebut mengajak masyarakat untuk bangkit melawan ketidakpastian bernegara dan menyudutkan "rezim Jokowi" sebagai penyebab segala permasalahan sebenarnya adalah bentuk provokasi yang harus diwaspadai. Sejumlah tokoh terlihat sengaja memancing ketidakstabilan politik-keamanan menjelang momen pelantikan Presiden Terpilih dengan menyerukan aksi konsolidasi dan mendorong kelompok masyarakat untuk turun ke jalan. Seruan ini bukanlah upaya tulus memperjuangkan keadilan, melainkan lebih kepada strategi untuk menciptakan kekacauan di tengah masyarakat dan mengganggu proses demokrasi serta stabilitas yang telah terbangun selama ini.

Masyarakat perlu memahami bahwa provokasi semacam ini bertujuan untuk mengacaukan tatanan politik dan sosial negara, dengan menggiring rakyat ke dalam konflik yang justru merugikan mereka sendiri. Demonstrasi anarkis yang kerap kali menjadi tujuan tersembunyi dari seruan semacam ini, hanya akan memperburuk keadaan, menghancurkan infrastruktur, serta menghambat pembangunan yang sedang berjalan. Pada akhirnya, rakyatlah yang akan paling terdampak oleh tindakan yang merusak tersebut, sementara para provokator hanya mengejar kepentingan politik pribadi atau kelompoknya.

Ajakan untuk "bangkit dan berangkulan" yang disampaikan oleh para tokoh ini perlu dilihat secara kritis. Retorika keadilan yang diusung sebenarnya adalah cara untuk membentuk perpecahan di masyarakat, menciptakan polarisasi, dan menyulut keresahan yang tidak perlu. Seharusnya, setiap perbedaan pandangan politik disampaikan melalui jalur konstitusional yang damai, bukan dengan membakar semangat untuk melakukan tindakan yang justru merusak ketertiban umum. Provokasi untuk melakukan tindakan anarkis bertentangan dengan prinsip demokrasi yang sejatinya mengedepankan dialog dan penghormatan terhadap hukum.

Masyarakat harus cerdas dalam menanggapi seruan semacam ini. Kita tidak boleh terjebak dalam agenda politik terselubung yang memanfaatkan emosi publik demi kepentingan sesaat. Ketika stabilitas negara terganggu, yang rugi bukan hanya pemerintah, tetapi seluruh bangsa. Oleh karena itu, seruan untuk melakukan ajakan  "KONSOLIDASI LINTAS TOKOH DAN ELEMEN MASYARAKAT JELANG 20 OKTOBER 2024" harus ditolak secara tegas. Stabilitas politik dan sosial adalah fondasi penting bagi tercapainya kesejahteraan bersama, dan setiap bentuk provokasi yang bertujuan merusaknya harus dilawan dengan semangat persatuan dan kesadaran kolektif untuk menjaga perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline