Lihat ke Halaman Asli

Pradiva Shira Aurellia

Universitas Muhammadiyah Jakarta - Ilmu Komunikasi

Esensi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud dari Identitas Nasional Indonesia

Diperbarui: 5 Januari 2023   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Dalam periode perkembangan zaman atau globalisasi saat ini, banyak anggota warga yang dinilai bisa menerima dan mengambil banyak poemikiran dengan tak secara langsung menerimanya namun dengan memberikan batasan, dan saringan atas sebuah kebenaran dalam pemikiran tersebut. Pada sebuah transformasi dan tumbuh kembang globalisasi, warga negara Indonesia harus terus saling memberikan dukungan dan bantuan dalam segala aktivitas yang berkaitan dengan NKRI dan persatuan bangsa. 

Banyak macam fenomena dan kejadian yang muncul di Indonesia sepatutnya dalam berbagai aktivitas warga negara disikapi dengan toleransi dan saling menghargai. Namun nyatanya ada beberapa kasus yang tidak menjalankan hal demikian, maka dari itu para warga Indonesia diinginkan lebih dalam untuk memahami identitas nasional, yang salah satunya yaitu pancasila (Darmadi dkk, 2019).

Mendalami terkait dengan Pancasila, sama halnya dengan memahami latar belakang negara serta tujuan yang dicita-citakan. Alhasil dalam cakupan ini,  mempelajari Pancasila, bisa dimaknai menjadi sebuah aktivitas mendalami identitas negara Indonesia. Identitas nasional sekarang ini mendapatkan banyak ancaman pengubahan seiring dengan kemajuan zaman. Maka dari itu, untuk menjawab isu tersebut, memerlukan kesadaran bagi warga negara Indonsesi untuk mempelajari dan lebih-lebih bisa mengamalkan pancasila sebagai Identitas Nasional Indonesia, (Aristin, 2018).

Pembahasan

Menjadi Identitas nasional Indonesia, Pancasila menjadi kekhasan tersendiri yang tak dipunyai oleh negara-negara lain. Kesatuan elemen-elemen semua sila pancasila memiliki kegunaan masing-masing, tiap sila pancasila tak bisa berdikari dan tak berlawanan semua sila pancasila yang berkesinambungan. Membicarakan Pancasila menjadi falsafah artinya menguraikan konsepsi dari Pancasila yang tak cuma dijelaskan secara negara Indonesia, namun juga untuk seluruh makhluk di bumi. Ilmu filsafat terdiri dari aspek Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Semua elemen ini bisa dibilang menaungi semesta.

Bidang ontologi meneliti mengenai arti yang ada seperti keberadaan manusia, seluruh semesta, sampai dengan metafisik. Dilihat dari ontologis, penelitian Pancasila menjadi falsafah ditujukan menjadi sebuah usaha guna memahami hakekat dasar dari tiap sila dalam Pancasila. Pancasila memiliki lima sila, tiap-tiap sila bukan menjadi asas yang berdikari, namun punya keterikatan dasar ontologis. (Suryatni, 2018).

Pancasila secara ontologis punya sebuah hal yang mutlak, didalamnya terdapat keterikatan kodrat, dari dalam maupun luar diri. Sifat kodrati manusia yakni menjadi makhluk personal juga sosial serta menjadi makhluk pribadi dan juga Tuhan YME. Alhasil dilihat hierarki sila nomor satu menjadi dasar dan jiwa dari sila Pancasila yang lain (Notonagoro, 1975)

Lalu, secara epistemologi kajian Pancasila sebagai filsafat ditujukan menjadi sebuah usaha guna mendalami hakikat Pancasila menjadi sebuah sistem wawasan. Artinya Pancasila sudah jadi sebuah sistim kepercayaan, tujuan, dan menjadi sebuah pemikiran. Oleh sebab itu Pancasila diupayakan punya elemen rasional terkhusus pada posisinya menjadi sistem wawasan bangsa. (Windari & Aziz, 2021).

Dasar epistemologis Pancasila pada dasarnya tak bisa dijauhkan dengan elemen ontologi nya, alhasil dasar epistemologi Pancasila begitu berhubungan dekat bersama dengan konsepsi pokok nya mengenai harkat martabat manusia. Pancasila jadi sebuah objek wawasan pada dasarnya terdiri dari sumber dan juga penyusunan pengetahuan Pancasia.

Sedangkan, landasan Aksiologi Pancasila memiliki makna jika menguraikan mengenai filsafat nilai Pancasila. Kajian dan makna aksiologi datang dari diksi pada bahasa Yunani axios yang memiliki arti yakni kegunaan, dan logos yang artinya pikiran. Aksiologi merupakan teori nilai, yakni hal yang dicita-citakan. Bidang yang ditelaah yakni terkait dengan hakekat nilai, syarat dan posisi metafisika. Nilai datang dari kata Latin valere yang maknanya kuat dan punya sebuah harga. Pada bahasan falsafah tertuju pada elemen yang dapat dimaknai sebagai hal yang berharga atau kebaikan. Nilai itu hal yang punya daya guna, nilai juga memiliki kandungan keinginan akan sebuah hal yang ingin digapai (Subadi, (2007). .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline