Lihat ke Halaman Asli

Tentang Buku How Much Land Does a Man Need Karya Leo Tolstoy

Diperbarui: 20 November 2022   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

                 Akhir-akhir ini aku membaca beberapa buku fiksi singkat selagi membaca buku nonfiksi Guns, Germs, and Steel  karya Jared  Diamond. Salah satu buku yang kubaca adalah How Much Land Does a Man Need karya Leo Tolstoy. Sebenarnya Anna Karenina, karya Leo Tolstoy yang lain, sudah sejak lama masuk ke keranjang toko online untuk dibeli, tetapi justru buku ini dulu yang aku beli.

                Buku tersebut berkisah tentang manusia dan seorang kawan bernama ketamakan. Cerita berawal dari seorang petani desa bernama Pahom yang tidak mempunyai cukup lahan. Hal itu membuat beberapa hewan ternaknya sering memasuki ladang milik orang lain sehingga Pahom harus membayar denda. Hingga suatu hari dia berencana untuk membeli sebuah tanah yang dijual oleh seorang wanita setelah sebelumnya terjadi perselisihan antara para petani di desa yang berebut untuk memiliki tanah itu. Dengan uang yang sudah dikumpulkan melalui berbagai cara, dia membayar setengah harga di awal dan sisanya dibayar tahun depan. Tanah itu dikelolanya dengan baik sehingga panennya bagus. Pada akhirnya dalam setahun dia sudah melunasi berbagai utangnya termasuk pembayaran tanah tadi.

                Ketamakan kadang mendapat jalan mulus untuk mendatangi manusia. Seperti Pahom yang suatu hari mendengar bahwa ada tanah luas dan bagus di tempat lain. Lebih menguntungkan dari tanah yang dimilikinya saat ini. Pahom memutuskan untuk pindah ke tempat tersebut, membawa seluruh keluarga, dan menjual semua yang dia tinggalkan. Dengan hasil penjualan tersebut dia membeli tanah yang lebih luas di tempat itu lalu mendirikan bangunan dan membeli ternak. Tapi, ketika sudah terbiasa dengan kesibukannya, Pahom berpikir bahwa bahkan di sini dia tidak memiliki cukup tanah untuk menabur gandum. Keinginan untuk memiliki lebih banyak tanah berlanjut hingga suatu hari dia mendengar kabar bahwa dengan harga seribu rubel dia bisa mendapakan sebanyak apapun tanah milik keluarga Bashkir. Cara untuk mendapatkannya adalah Pahom harus mengelilingi tanah yang diinginkannya dan kembali ke tempat semula dalam satu hari. Dan dia mulai melakukan perjalanan untuk mendapatkannya lagi.

                Pahom sejatinya adalah petani pekerja keras, pemilik sebidang tanah kecil di desa, yang menginginkan begitu banyak tanah. Lalu sama seperti kebanyakan kita, seorang kawan datang dari suatu tempat pada suatu hari menawarkan begitu banyak hal lebih untuk kita miliki. Yang mana sebenarnya kita sendiri tidak tahu seberapa banyak tanah yang kita butuhkan di dunia ini.  

               Leo Tolstoy, dengan gayanya yang sempurna, berhasil membuat kisah ini dapat dibaca pada setiap zaman. Pesan tersirat mengenai ketamakan disampaikan dengan baik didalamnya. Selain bagian akhir, bagian lain yang aku suka adalah ketika dua orang perempuan dengan latar belakang yang berbeda memperdebatkan kehidupan siapa yang lebih baik. Seorang yang tinggal di kota atau seorang lain yang tinggal di desa. Benar-benar tidak menyangka jika cerita ini diterbitkan pada tahun 1886.  Ya ampun, rasanya tidak sabar untuk membaca karya Leo yang lain.

                Sebagai tambahan, cerita singkat ini bisa kau selesaikan dalam sekali baca dengan secangkir kopi di pagi hari. Ah, semoga hujan membersamaimu juga.

Selamat membaca!

"Kehilangan dan pencapaian adalah saudara kembar."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline