Lihat ke Halaman Asli

Pradirwan

Mencatat apa saja.

Setelah Kepergian dan Cinta yang Tak Pernah Tamat

Diperbarui: 7 Agustus 2021   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku "Setelah Kepergian" karya Opick setiawan (2021)

"Sakit paling pilu adalah kehilangan, namun rindu tak bertepi merupakan siksa paling manis."

Kalimat puitis itu menjadi pembuka babak novel "Setelah Kepergian" karya Opick Setiawan. Dari judulnya, aku menduga buku ketiga Opick ini akan membawa pembaca ke cerita sedih penuh drama yang mengharu biru. Namun nyatanya aku dibuatnya terkejut.

Memang ada bagian dalam ceritanya yang mengarah ke sana. Itupun tak banyak. "Setiap helai jiwa mungkin perlu menghadapi patah hati. Sesakitnya rasa, setidaknya ia bisa pulang pada dirinya sendiri. Agar paham arti kehilangan."

Secara keseluruhan, setiap kalimat yang tersaji dalam buku ini sukses membuatku menyelesaikan membaca dalam satu hari saja. Dengan gaya bahasa yang  sederhana dan cenderung nyastra khas Opick Setiawan, aku begitu menikmati setiap kata dan terhanyut dalam ceritanya. Meminjam kalimatnya di halaman 44 buku ini, "Mungkin aku telah sampai pada relungnya makna jatuh cinta."

Tak hanya itu, penggambaran tokohnya pun cukup kuat. Apalagi pas adegan Agha merayu Dista. Aku dibuatnya tersenyum-senyum sendiri. "Waktu serupa denganmu, hadir dengan apa adanya. Bedanya, kamu sempurna dan selalu menyisakan rindu."

Meleleh nggak, sih?

Novel setebal 160 halaman ini bercerita tentang Muhammad Idlan Nuragha, pemuda asal Jayapura, Papua. Agha, nama panggilan sang pemuda itu, baru saja kehilangan orang yang dicintainya. Ibunya meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di rumah sakit selama berbulan-bulan.  

Enam bulan setelah kepergian ibunya, Agha masih merasakan duka itu. Hingga takdir mengubah jalan hidupnya. Namanya tercantum dalam pengumuman Ujian Saringan Masuk (USM) Program Diploma 1 Pajak Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN, sekarang bernama PKN-STAN) di Balai Diklat Keuangan (BDK) Cimahi, Jawa Barat.

Di tempat pendidikan inilah kejutan dan harapan baru itu muncul. "Bila ini adalah waktunya, aku siap. Entah mendampingi hatimu kelak, atau hanya terlupa bersama sang waktu, aku pasrahkan padamu."

***

"Setelah Kepergian" ini sukses membawaku pada kenangan masa lalu saat mengenyam pendidikan di BDK Cimahi. Ya, sama seperti Agha, aku juga alumni BDK Cimahi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline