Lihat ke Halaman Asli

Arsitektur dan Relief Candi Jago

Diperbarui: 14 Juni 2022   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah budayanya, hal ini disebabkan karena sebelumnya bentuk negara Indonesia adalah berupa kerajaan. Selama perkembangannya kerajan-kerajaan tersebut menghasilkan peninggalan-peninggalan yang dapat dijadikan sumber sejarah. Di Jawa Timur sendiri terdapat banyak kerajaan bercorak Hindu-Budha, salah satunya yaitu Kerajaan Singhasari. 

Kerajaan Singhasari merupakan salah satu kerajaan yang ada di Jawa Timur. Lokasi Kerajaan ini diperkirakan berada di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Kerajaan Singhasari memiliki peninggalan kebudayaan, seperti prasasti, arca, hingga candi. Candi merupakan suatu contoh bangunan yang menyatukan antara kesenian, kesustraan, dan kepercayaan agama (Purwanto, 2005). 

Aspek kesenian dapat dilihat pada struktur, pahatan dan patung-patung dalam candi tersebut. Sedangkan aspek kesustraan dapat dilihat dalam cerita yang ada pada relief dan terdapat pengaruh agama serta alasan dari bangunan candi tersebut dibuat. Terdapat beberapa alasan terhadap dibangunnya candi. Yang pertama candi merupakan suatu bangunan suci untuk pemujaan kepada dewa. Selanjutnya candi digunakan sebagai tempat pendharmaan bagi raja atau keluarga kerajaan.

Adapun candi peninggalan Kerajaan Singhasari salah satunya yaitu Candi Jago. Candi Jago atau Jajaghu terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi Jago merupakan salah satu peninggalan yang unik dikarenakan candi ini termasuk dalam gaya arsitektur muda dalam bentuk model candi berundak teras (Deny Yudo W & Slamet Sujud Purnawan J, 2014). Candi Jago dibangun sebagai tempat pendharmaan bagi raja ke-4 Singhasari yakni Raja Wisnuwardhana. Candi Jago dibuat oleh penerus Raja Wisnuwardhana yaitu Raja Kertanegara setelah upacara sraddha atau tepatnya setelah peringatan 12 tahun meninggalnya Wisnuwardhana, dan pernah direnovasi pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi masa majapahit oleh Adityawarman (Deny Yudo W & Slamet Sujud Purnawan J, 2014).

Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk mengetahui relief dan arsitektur Candi Jago yang mana merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singhasari, dengan berbekal literatur serta penelitian-penelitian sebelumnya mengenai topik permasalahan. Hasil dari tulisan ini yaitu terdapat beberapa relief yang ada baik kaki candi dan juga pada badan Candi Jago, diantaranya yaitu relief cerita Khresnayana, Anglimgdharma, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Parthayana, Ari Darma, serta cerita tentang hewan atau fabel yang mana mengandung makna. Untuk dapat mengikuti alur cerita dalam relief Candi Jago kita dapat berjalan mengelilingi candi searah jarum jam (pradaksiana).

Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasari merupakan salah satu kerajaan yang terletak di Jawa Timur. Kerajaan Singhasari berdiri pada tahun 1222 M, oleh Ken Angrok yang sekaligus menjadikannya sebagai seorang raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Dibawah kekuasaannya, wilayah penyebaran Kerajaan Singhasari mencapai Sunda, Bali, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sumatera.

Berdirinya kerajaan Singhasari diawali dari kisah pendirinya yang tidak lain yaitu Ken Angrok. Ken Angrok merupakan seorang rakyat biasa yang kemudian diangkat sebagai seorang pengawal Akuwu Tumapel Bernama Tunggul Ametung. Saat itu, Tumapel merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Kadiri. Ken Angrok yang saat itu menjabat sebagai pengawal Akuwu Tumapel, terpesona dengan istri Akuwu Tumapel tersebut yang Bernama Ken Dedes. Ken Angrok berhasil memperistri Ken Dedes setelah membunuh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Tunggul Ametung dibunuh dengan menggunakan keris yang dipesan Ken Angrok di Mpu Gandring. Sebelumnya, Ken Angrok membunuh Mpu Gandring karena telah melarang untuk mengambil keris tersebut karena sebenarnya keris tersebut masih belum sempurna pembuatannya. Sebelum tewas Mpu Gandring bersumpah bahwa keris buatannya tersebut akan membunuh tujuh keturunan Raja Tumapel. Dengan dibunuhnya Tunggul Ametung menjadikan Ken Angrok sebagai penguasa Tumapel.

Pada saat itu di Kerajaan Kadiri sedang terjadi pemberontakan Kaum Brahmana, dimana mereka merasa terjebak dan terbelenggu oleh kekuasaan Raja Kertajaya. Hal ini menyebabkan Kaum Brahmana harus pindah ke Tumapel untuk meminta bantuan kepada Ken Angrok yang kemudian disetujui oleh Ken Angrok. Kemudian terjadilah perang antara Kerajaan Kadiri dan Tumapel. Perang tersebut dimenangkan oleh Kerajaan Tumapel. 

Dalam Negarakertagama, dijelaskan bahwasannya Kerajaan Tumapel didrikan pada tahun 1254 M, dengan raja pertama Bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Dalam Pararaton dijelaskan bahwa nama kecil dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra merupakan Ken Angrok. Sementara itu, dalam prasasti Mula Malurung menjelaskan bahwa pendiri Tumapel adalah Bhatara Siwa. Bhatara Siwa merupakan sebuah gelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Hal ini dibuktikan dalam kitab Negarakertagama yang mana dijelaskan bahwa arwah pendiri Tumapel dipuja sebagai Siwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline