Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Seminaris Tahun Pertama Seminari Mertoyudan dalam Menghadapi Masa Awal di Seminari

Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Banyak orang-orang berasumsi bahwa kehidupan di Seminari benar-benar boring atau monoton, namun disini saya akan menceritakan beberapa pengalaman saya sebagai seminaris tahun pertama SMA Seminari Santo Petrus Canisius Mertoyudan. "Jauh dari kata monoton" inilah yang saya temukan disini, tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan yang kami lakukan disini memiliki jadwal yang hampir sama setiap harinya, namun pengalaman yang kami dapat dalam setiap kegiatan memiliki makna yang berbeda, dan semua ini tergantung bagaimana kita membuka pandangan kita terhadap sekitar. Menurut saya kehidupan sebagai seminaris tahun pertama masih memiliki banyak waktu santai apabila kita dapat mengelola waktu dengan baik. Tugas, itulah yang menjadi salah satu tantangan bagi kami, kegiatan sekolah yang hanya berlangsung dari jam 06.45 hingga 12.30 dan berlangsung selama 6 hari membuat kami diberi banyak tugas. Namun dengan tugaslah kami bisa dididik tanggungjawab kami di Seminari setiap orang dipercayai untuk memiliki tugas atau tanggungjawab masing-masing atau dalam sebutan seminari disebut "kebidelan", dari sini kami dikembangkan agar menjadi pribadi-pribadi yang bisa memegang kepercayaan banyak orang dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipercaya.

Minggu, 21 Juli 2024, hari pertamaku masuk ke seminari Mertoyudan, pada saat masuk saya cukup gugup dan ragu akan keputusan saya selama ini namun kemudian saya berpikir bahwa "apa yang saya mulai harus saya lanjutkan hingga selesai" sehingga dapat menguatkan saya dalam proses isolasi 40 hari. Pada minggu pertama kami dipenuhi dengan kegiatan POSE (Pekan Orientasi SEminari) yang merupakan masa awal perkenalan kami dengan seminari Mertoyudan, selama seminggu pertama ini kami tidak ada proses KBM sama sekali dan digantikan dengan kegiatan-kegiatan oleh panitia POSE maupun kepamongan Medan Pratama.  Dua minggu pertama kami terasa sangat lambat, namun ini adalah suatu hal wajar dalam beradaptasi, namun setelah itu kami sudah mulai terbiasa dan minggu-minggu berikutnya terasa cukup cepat. Tiap hari kami lalui dengan mencoba berkeluarga dengan teman-teman baru, dan hampir setiap hari di minggu-minggu pertama pasti ada yang menangis, dan mendapat gangguan dari mr. pantofel (urban legend Seminari). Berbagai kisah penuh canda tawa dan kegilaan kami alami disini dengan emosi yang masih naik dan turun. Mendekati hari ke 42 hari terasa sangat lambat dan emosi kami kembali lebih cenderung sedih.

Minggu 1 September 2024, HOT (Hari Orang Tua) kami akhirnya tiba, saya bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan hari itu. Kebahagiaan luar biasa hingga mbrebesmili kami rasakan saat bisa bertemu dengan orangtua, di hari orangtua ini kami menghabiskan waktu dengan keluarga dari pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB, waktu yang lama namun terasa cepat. Perpisahan di hari itupun menghasilkan isak tangis lagi bagi kami. Setelah menyelesaikan HOT kami kembali berlarut dalam sedih, namun tak begitu lama hanya butuh 2-3 hari kami sudah kembali bersenang-senang kembali bersama dengan materi pelajaran yang penuh dan berbagai fasilitas yang sudah terbuka bagi kami seperti komputer dan kesempatan berjalan-jalan (ambulasi) keluar seminari pada hari Rabu.

Mungkin inilah kisah singkatku disini, semoga dapat menarik dan membantu Panggilan teman pembaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline