Lihat ke Halaman Asli

Pradhany Widityan

TERVERIFIKASI

Full Time IT Worker

Aksi Para Pembunuh dari Abad Pertengahan

Diperbarui: 27 Desember 2016   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan Leap of Faith. Gerakan epic para Assassin. (Sumber : http://assets2.ignimgs.com/2016/05/11/assassins-creed-film-header-1280jpg-685176_1280w.jpg)

Ubisoft pertama kali merilis video game Assassin’s Creed pada tahun 2007 untuk platform console game Playstation 3 dan XBOX 360 serta PC Windows. Sebuah game bergenre action dengan latar waktu pada abad pertengahan. Menggambarkan konflik politik dan kehidupan peradaban Eropa pada masa itu. Hingga tahun 2016, serial video game tersebut masih dirilis. Si bungsu berjudul Assassin’s Creed Chronicles : Russia dirilis pada awal tahun.

Seperti hendak melebarkan sayap di industri entertainment, Ubisoft dengan sutradara Justin Kurzel pun membawa kisah para pembunuh bawah tanah tersebut ke layar lebar. Assassin’s Creed menjadi salah satu film penutup tahun yang penuh aksi.

Diadopsi dari gameplay dan cerita yang ada pada video game, film ini menurut saya memanjakan orang-orang yang pernah menjajal serunya menyelesaikan misi-misi pembunuhan. Saya pernah menyelesaikan dua seri gamenya yaitu Assassin’s Creed Revelation dan Assassin’s Creed Black Flag. Namun tenang, cerita, aksi, dan grafis film ini tidak hanya dikhususkan untuk para gamer.

Masa Lalu

Cal Lynch masih kecil saat mendapati ibunya mati di tangan ayahnya. Bersamaan dengan itu puluhan mobil dengan pasukan bersenjata mengepung rumah Cal, namun atas perintah ayahnya Cal berhasil kabur dengan memanjat atap rumah. Waktu berganti hingga Cal tumbuh dewasa dan mendekam di penjara sebelum akhirnya terbaring di kasur hukuman suntik mati akibat kekerasan selama hidupnya. Adegan menegangkan dengan acting Michael Fassbender yang dramatis sebelum mati.

Namun Cal “hidup” kembali. Dia terbangun di sebuah pusat penelitian teknologi super canggih di Madrid bernama Abstergo. Di sanalah ingatan Cal tentang garis keturunannya selama 500 tahun dibangkitkan. Disimulasikan dengan alat pembaca ingatan genetik bernama Animus yang dikembangkan oleh ayah dan anak, Dr. Alan Rikkin dan Dr. Shopia Rikkin. Aksi para Assassin pun dimulai.

Cal memiliki darah keturunan seorang Assassin pemberani yang hidup pada abad ke 15 di Andalusia, bernama Aguilar. Ingatannya begitu penting karena Aguilar disebut pelopor atau ketua kelompok Assassin yang merupakan orang terakhir pemegang artifak suci berkekuatan dahsyat bernama Apple of Eden. Artifak yang diceritakan sebagai buah yang menyebabkan dosa pertama manusia yang dilakukan Adam dan Hawa atas dasar kebebasan.

Cal pun berperan sebagai Aguilar dan bertarung melawan tentara sebuah rezim bernama Templar. Aksinya bersama kawanan Assassin yang disebut Brotherhood di Andalusia pada adab ke 15 menyajikan visual yang menghibur sekaligus menegangkan. Bangunan-bangunan kuno hasil peradaban Islam menjadi arena pertarungan rezim dan pemberontak.

Aksi-aksi pertarungan jarak dekat dengan senjata tajam begitu seru. Tak ketinggalan kemampuan khas para Assassin seperti menyelinap dan melakukan parkour dari bangunan ke bangunan lain pun turut dihadirkan. Itulah yang menurut saya menyajikan aksi yang berbeda dari setting film modern yang didominasi tembak menembak.

Assassin sudah menjadi musuh yang menyulitkan bagi rezim Templar yang tidak mentoleransi kebebasan individu. Assassin yang berasal dari bahasa arab, Hashashin, berisikan orang-orang yang hidup dalam kekerasan. Kerabat korban pembunuhan, pecandu obat-obatan, perampok, pencuri dan tindak kriminal lainnya. Namun mereka terkenal bijak menyuarakan kebebasan. Bukan secara terbuka, namun merongrong rezim dengan teror.

Rezim Templar sendiri dibangun diatas totaliterisme militer dan agamanya. Semua perkataan pendeta adalah hukum. Silakan ada penentang jika siap berakhir menjadi abu di depan istana. Seperti yang terjadi pada Aguilar yang tertangkap saat melindungi Putra Mahkota negara Granada. Anak Sultan Muhammad yang menyimpan Apple of Eden. Apple yang sebisa mungkin didapatkan oleh Templar untuk melenyapkan hasrat kebebasan manusia, namun sebisa mungkin dijaga para Assassin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline