Salah satu limbah rumah tangga yang sering kita jumpai adalah minyak jelantah atau minyak bekas. Jarang orang ketahui bahwa minyak jelantah merupakan limbah cair yang "istimewa" karena memiliki banyak manfaat jika diolah lebih lanjut. Salah satunya adalah dengan mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel. Minyak jelantah berpeluang menjadi bahan baku pembuatan biodiesel karena merupakan minyak nabati yang berasal dari CPO (crude palm oil).
Minyak jelantah merupakan minyak yang telah rusak akibat proses penggorengan. Minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang lebih tinggi dibanding minyak segar. Kandungan asam lemak bebas (FFA) sangat berpengaruh terhadap proses pembuatan minyak jelantah menjadi biodiesel. Asam lemak bebas dapat mengganggu reaksi sehingga harus dihilangkan dengan mengubahnya menjadi ester. Pengubahan FFA menjadi ester dapat dilakukan dengan cara mereaksikan FFA dengan metanol menggunakan katalis asam.
Pengolahan limbah minyak goreng menjadi bahan bakar biodiesel melalui proses reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam--asam lemak ke dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkil ester. Reaksi transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas minyak atau lemak agar dapat memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar. Reaksi ini relatif berlangsung lambat dan bersifat reversible, sehingga memerlukan katalis untuk mempercepat pembentukan produk.
Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak jelantah dengan alkohol. Reaksi ini merupakan tipe reaksi reversibel dengan menggunakan katalis NaOH yang berfungsi untuk mempercepat tercapaiya keadaan setimbang. Sebelum melakukan tahap transesterifikasi, minyak jelantah terlebih dahulu disaring menggunakan kertas saring untuk menghilangkan ampas bekas penggorengann.
Kemudian setelah disaring, minyak dipanaskan hingga suhu 60C. Pencampuran alkohol dilakukan dengan katalis NaOH sebanyak 1 gr/100 ml alkohol. Kemudian larutan diaduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan 1200 rpm dan suhu 60 C selama satu jam. Setelah itu larutan didiamkan selama satu hari hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan yang terbentuk merupakan biodiesel dan gliserol. Biodiesel kemudian diambil dan dipisahkan dari gliserol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H