Lihat ke Halaman Asli

PRADANA BHASKORO

Sharing and Posting

Wisata Unik, Museum dari Sampah Olahan Plastik, Wujudkan Kesadaran untuk Peduli Lingkungan

Diperbarui: 15 Oktober 2021   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Pradana Bhaskoro

Setiap tahun kesehatan lingkungan menjadi hal yang utama seperti dalam bersihnya ekosistem yang dapat berpangaruh dalam kualitas hidup kita. Di dunia, sampah plastik yang menumpuk dari tahun ke tahun menjadi masalah yang harus dituntaskan terutama di Indonesia. 

Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), sampah plastik yang ada di Indonesia dapat mencapai 64 juta ton per tahun. Sementara itu, 85.000 ton kantong plastik yang dibuang ke lingkungan sekitar bahkan bisa sebanyak kurang lebih 10 miliar lembar per tahun .

Dalam hal ini beberapa lembaga turut aktif berpartisipasi dan berkampanye dalam menanggulangi perihal sampah plastik, seperti Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation). 

Mereka adalah lembaga swadaya masyarakat yang fokus bertujuan dalam perlindungan ekosistem lahan basah seperti di Sungai. Lembaga ini didirikan sejak tahun 2000 dan pernah mendapatkan penghargaan Gold Month Environment dari Barack Obama selaku Presiden Amerika Serikat.

Ecoton mengembangkan sebuah ide untuk membuat museum dengan bertema bahan dasar dari plastik. Berawal dari menemukan ribuan kantong dan botol plastik di beberapa sungai besar di Jawa Timur seperti Mangrove Wonorejo, Kali Brantas dan beberapa Sungai di sekitar Surabaya. 

Bahkan Ecoton juga melakukan survei kepada anak-anak sampai remaja di perkotaan mengenai pola konsumsi minuman kemasan plastik yang dapat menghasilkan sampah kurang lebih sebanyak 4.400 dalam tiga tahun, jika mereka setiap harinya mengkonsumsi tiga botol.

Museum Plastik ini berada di Dsn Krajan, Wringinanom-Gresik tepat berada di lahan kosong dekat dengan kantor Ecoton. Tempat ini berlokasi di pinggir sungai kali Brantas Surabaya. 

Dari Setyorini selaku Manager Program di Ecoton menuturkan bahwa museum ini dibangun sebagai gambaran bahwa banyak sungai yang hampir kita temui telah dikepung sampai plastik. “Saya telah melihat sungai-sungai sudah banyak tercemar sampah mulai dari sampah plastik, kemasan produk rumah tangga, popok, dan masih banyak lagi”, ujarnya.

Museum Plastik ini mempunyai nama unik yaitu Fish Fersus Flastik (3F). Hal ini menggambarkan bagaimana kondisi laut dan sungai kita di Indonesia banyaknya ikan-ikan semakin terdesak oleh sampah plastik. 

“Turut perihatin saya mas, karena Ikan-ikan di sungai banyak yang mati karena menelan banyaknya sampah plastik terutama mikroplastik di perairan” kata Dari Setyorini. 

Mikroplastik adalah serpihan plastik yang sangat kecil seperti remahan-remahan. Dalam hal ini Dari mengungkapkan hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia karena mengkonsumsi ikan yang memakan mikroplastik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline