Lihat ke Halaman Asli

Prabu Mulya Singacala

Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Ekonomi Kuat ada di Pesta Demokrasi

Diperbarui: 2 November 2024   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ekonomi Kuat ada di Pesta Demokrasi

Oleh: Mulya 

Nak, kalau mau melihat Indonesia sejahtera lihat pilpres dan pilkada, ukurannya banyak terpasang baliho, bener, pamflet dan APK lainnya. Namun ketika selesai pilpres dan pilkada ekonomi kita kembali lesu dan bahkan tidak berdaya, untuk pasang pengumuman buang sampah aja harus urun rembuk warga masyarakat. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia bergeliat hanya di pilpres dan pilkada saja. 

Pernyataan ini disarikan dari obrolan kecil Ayah dan Anak yang sedang belajar mengamati keadaan kesejahteraan saudara sendiri, rasanya bukan isapan jempol belaka, karena ekonomi kita benar-benar tumbuh saat pilpres dan pilkada saja. 

Kok demikian, tentu pertanyaan ini perlu di buktikan, kalau kita hitung dengan jarikulator sepasang baliho yang ada di pinggir jalan memakan biaya minimal 300.000,- apabila ditemukan 100 baliho yang terpasang maka uang yang dihamburkan untuk ditonton saja mencapai 300 juta rupiah. Sungguh luar biasa bukan. 

***

Ini hari dimana demokrasi diciptakan, kita sudah sepakat pesta demokrasi jadi pilihan, maka ketika ada pesta maka ada poya pora yang di lakukan dan penikmat poya pora itu hanya segelintir orang. 

Pilih kita ya pesta demokrasi, pemilihan pemimpin itu jalannya hakikatnya adalah pesta yang semua orang berbahagia disaat nya, begitu yang di upayakan dan di ciptakan dan kita masyarakat menikmatinya. 

Pilkada dan pilpres jadi indikator tambahan untuk menguji kekuatan ekonomi masyarakat, sumbangan para pengusaha sangat diharapkan, bukan mony politik tapi ini bukti suka citanya demokrasi yang kebablasan. 

Begitu indikator ekonomi berjalan. Uang beredar dimasyarakat jadi lebih banyak tapi kebutuhan produk lebih menyempit dan yang masyarakat inginkan hanya sebaran rupiah yang tak peduli masa depan. Sungguh sebuah musibah jadinya. 

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline