Seribu Rupiah Semangat Isi Hari
Oleh: Mulya
Pemandangan ini sungguh tidak biasa, aku hampiri Ibu Tua dipinggir jalan Raya yang menghubungkan antar Kabupaten di pulau Jawa, ini tidak biasa dan sangat mencengangkan, entah apa yang saya pikirkan tapi rasa bersalah terus bergelayut dihati saya sangat memulai wawancara tanpa sengaja.
Nenek tua itu saya panggil emak, panggilan ini sengaja disampaikan agar terasa hangat antara saya dan nenek itu. Sebelumnya saya amanti terus gerakan sampai pada satu keputusan untuk berbincang sembari mengganggu pekerjaannya.
Mak, saya panggil, "Emak tos lami damel didieu" (emak sudah lama kerja disini), beliau jawab "tos lami, nya kieu wae emak mah" (sudah lama, seperti ini aja emak itu).
"Mak, sadinten kenging sabaraha baskom" (Mak dalam satu hari dapat berapa wadah), beliau jawab "kapungkur kenging 30 baskom, tapi ayena mung tiasa 15 baskom" (dulu dapat 30 wadah tapi sekarang hanya mampu 15 wadah)
Begitu dialog singkat sembari sesekali membantu mengeluarkan isi dari apa yang dikerjakan. Begitu pandangan keseharian masyarakat Indonesia masuk pada masa usia renta, entah sama atau tidak di wilayah lain, tapi pemandangan ini pasti akan ditemui juga.
Yang paling mencengangkan adalah ketika mempertanyakan upah dari sebaskom sebagai hasil yang dihitungnya, beliau menjawab diberi upah Rp. 1000.00 (seribu rupiah). Jadi apabila mereka mampu mengumpulkan 15 baskom maka jumlah yang mereka terima sebesar Rp. 15.000.00 (lima belas ribu rupiah).
***