Lihat ke Halaman Asli

Sinetron Indonesia, Bikin Dungu Pemirsa

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Kita Nikah Yuk” adalah judul sinetron yang sedang disiarkan stasiun RCTI. Pada satu episode, di kisahkan tokoh bernama Wasit sedang mengemudikan mobil ditemani Bunga yang duduk disampingnya. Nissan Juke yang mereka tumpangi lalu meluncur dijalanan. Namun sekian detik kemudian, mendadak mobil berhenti.

“Duh, mobilnya mogok!”, seru Wasit.

Lalu mereka berdua keluar dari mobil. Bunga marah dan kesal, karena bisa telat ketempat kerjanya. Sementara Wasit sibuk celingukan meriksa mesin mobil setelah membuka kap mesinnya.

“Gimana kalau kamu pegang setir, lalu saya yang dorong?”, perintah Wasit kepada pacarnya.

Bunga lantas masuk mobil dan menyetir. Sementara wasit kemudian mendorong mobil Nissan Juke kelir putih.

“Go.. go.... jalannnnn!” seru Wasit sambil berakting terengah-engah.

Ditengah adegan demikian, sopir saya yang tak lulus smp nyeletuk, “Lho, ngidupin mobil matic emang boleh di dorong?”

“Namanya juga sinetron Indonesia, Jang”, kataku.

Perlu diketahui, 3 type Nissan Juke yang beredar di Indonesia semuanya bertransmisi matic, dengan teknologi CVT. Mobil dengan transmisi matic, jika mogok tak bisa dihidupkan dengan cara mendorongnya. Makanya Pak Ahok melalui Dishub selalu membawa mobil derek untuk mengangkut mobil yang parkir sembarangan. Dishub paham, mobil bertransmisi matic butuh perlakuan khusus. Jika ngawur menggaruknya, Dishub bakal dikenakan pasal pengrusakan barang.

Kembali ke sinetron. Adegan Wasit mendorong mobil bertransmisi matic guna menghidupkan mesinnya merupakan kampanye pembodohan yang membahayakan publik. Sebetulnya kalau dikritisi, sinetron produksi tv dinegeri ini hanya kejar tayang demi rating. Sinetron dibikin tanpa referensi pustaka. Maka wataknya miskin ide, tidak mencerahkan, namun justru mengarah kepembodohan publik! Dan hal demikian dilakukan berulang, sitematis dan tersetruktur. Lantas dimana peran Komisi Penyiaran Indonesia?

Oh, maaf. KPI baru paham soal kekerasan dan adegan mesum. Dengan paham macam ini, tak mengejutkan jika film animasi yang melegenda “Tom & Jerry” mendapat teguran keras dari KPI.

KPI punya amanah sakral agar bangsa ini menjadi bangsa yang beradap. Rakyat negeri ini dilarang nonton film action dan cium-ciuman. Adegan kepruk-keprukan, tabok-tabokan, pukul-pukulan dan model kekerasan serupa, sekali pun dilakukan oleh gambar kartun, adalah sesuatu yangberbahaya bila ditonton anak-anak.

Tapi anehnya, bangsa ini paling demen nonton anak sekolah tawuran.

Maka jika “Tom & Jerry” lenyap dari stasiun tv karena dapat surat cinta dari KPI, dipastikan pemirsa tak bisa lagi senyam-senyum sendiri. Sebagai ganti, silakan tonton sinetron-sinetron yang dibikin orang dungu selera KPI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline