Lihat ke Halaman Asli

Kisah Buruh dan Majikan MacGyver

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

MacGyver adalah serial televisi asal Amerika Serikat yang diperankan oleh aktor Richard Dean Anderson. Serial ini mengisahkan tentang seorang pria bernama MacGyver yang bekerja untuk Phoenix Foundation. Yayasan ini bekerja membantu masyarakat yang terancam jiwanya dari segala bentuk kejahatan. Uniknya, dalam setiap episodenya, MacGyver selalu sukses bikin penjahat bertekuk lutut cukup dengan pisau lipatnya.

Beda dengan densus88 anti teroris yang bersenjata lengkap. MacGyver, mampu lolos dari penyanderaan teroris cukup dengan pisau mungil yang selalu siap disakunya. Lepas dari sekapan, ia berbalik menjadi jagoan dan menghajar lawan. Penonton televisi pun bersorak girang.

Di satu episode, MacGyver yang tidak pernah membawa senjata api dan alat beladiri canggih ini, sukses meledakkan markas penjahat cukup dengan sekarung kotoran kuda. Pengetahuan fisika dan kimianya yang luas, selalu menyelamatkan jiwanya.

Di Amerika, serial yang ditayangkan mulai tahun 1985 ini, benar-benar menginspirasi publik. Pelajaranpenting yang didapat dari model tayangan demikian, adalah tentang pemahaman teori ekonomi. Dengan modal sedikit, mendapat keuntungan besar. Itu lah MacGyver, cukup berbekal pisau vixtorinox, segala ancaman bisa ditaklukkan.

Dulu, sewaktu masih ngekost, pisau model MacGyver yang selalu saya kantongi benar-benar membantu saya dalam mengerjakan pekerjaan anak kost. Pisau lipat ini dapat dipakai membuka sekrup, memotong kawat serta mengupas mangga. Dengan multifungsi ini, maka saya tak perlu lagi punya peralatan khusus dalam membetulkan kabel listrik yang putus. Atau beli pisau khusus untuk mengupas buah. Sebagai murid SMA, tayangan MacGyver ini dapat menginspirasi saya tentang cara hidup hemat yang tepat. Jauh sebelum publik mengenal setrika listrik, saya selalu melipat baju dan menyimpannya dibalik kasur, dengan harapan besoknya saya bisa pakai baju rapi bagai disetrika.

Namun kini ketika sudah berkeluarga, tayangan model MacGyver pun menghilang. Televisi lebih suka bikin tayangan-tayangan hedonis mengejar rating. Maka saya tak bisa menyalahkan anak saya, jika berlaku manja. Mereka hanya bisa sukses ketika didukung fasilitas terbaik. Meski di dapur sudah ada kulkas, namun mereka minta kamarnya disediain dispenser cool & hot. Meski bajunya sudah dicuci pakai deterjen wangi, namun ketika disetrika tetap minta disemprot cairan wangi. Dan saat dipakai, disemprot lagi dengan aroma parfum seleranya. Meski di sekolah seharian belajar mati-matian, ternyata pulang sekolah guru les telah menunggu setia.

Itulah anak-anak kami. Mereka hanya bisa sukses dengan dukungan fasilitas berlipat ganda. Andai saya cabut fasilitas itu, dipastikan prestasi mereka akan runtuh. Maka saya suka berpesan pada mereka, tolong hai anak-anakku, jangan engkau menjadi buruh. Apalagi buruh yang selalu menuntut, sementara majikanmu sosok macam MacGyver. Dipastikan siapapun yang menjadi presiden, negara ini tidak akan hebat.

Maka jadilah wiraswastawan. Andai separo rakyat negeri ini menjadi wiraswastawan tangguh dan mandiri, dipastikan Jepang dan Korea ketakutan setengah mati.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline