Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Gibran Untuk Indonesia

Mengapa Willem Wandik Memilih Prabowo Gibran

Indonesia Kebal Resesi 2024, Prabowo Optimis Menjelang Pelantikan Presiden Oktober

Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: gallery willem wandik

PrabowoGibran Untuk Indonesia - Optimisme Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi global di Tahun 2024, itu tidaklah lahir dari justifikasi murahan.. Melainkan berasal dari penilaian kondisi Rill dalam negeri yang menunjukkan "gariah ekonomi" di dalam negeri yang terbilang kokoh dan stabil.. Indonesia confidence terhadap hasil yang menunjukkan, angka inflasi inti dan inflasi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal berada dalam track yang relatif lebih rendah (inflasi inti 1,9, inflasi rate 2,3, inflasi MoM -0,18)..

Inflasi yang rendah menunjukkan kemampuan konsumsi yang cukup baik yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, dan berperan sebagai fundamental dasar kokohnya perekonomian Indonesia saat ini. Sumbangan sektor konsumsi masyarakat (household final consumption) dalam GDP Indonesia itu mencapai 10,16 Ribu Triliun Rupiah (annual report 2023). Angka yang mencapai 10 Ribu Triliun tersebut merupakan 1/2 dari total kontribusi GDP Indonesia, sehingga 1/2 dari kemampuan ekonomi Indonesia terletak pada seberapa kuat dan mampu masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dasar ekonominya.

Tingkat Inflasi yang relatif rendah di Indonesia menunjukkan dua hal penting, pertama, Masyarakat Indonesia masih memiliki kemampuan daya beli yang memadai dengan tingkat harga konsumen yang masih terjangkau, dengan kemampuan dasar itulah, memungkinkan sektor produksi dan perdagangan di dalam negeri menyediakan daya/kemampuan/modalitas yang cukup untuk terus menghasilkan produk yang dapat dibeli oleh masyarakat secara luas (dengan kemampuan daya beli Indonesia yang relatif baik itulah, berdampak terhadap laris manisnya importasi barang dari China, terutama produk fashion yang kemudian diklaim mematikan industri tekstil di dalam negeri).

Variabel china juga jangan dipandang remeh, sebab China sebagai negara manufaktur utama di Asia, akan berusaha menembus stagnasi ekonomi yang dihadapi negaranya dalam mengatasi hambatan perdagangan (terutama eropa dan amerika), dibalik kesulitan China tersebut ikut menguntungkan "supply chain" hasil manufaktur China yang selalu berusaha menekan harga yang lebih murah ke Indonesia (untuk menarik daya beli pasar luar negeri China di bagian Selatan). Disepanjang harga barang terbilang murah, tentunya hal tersebut menguntungkan tingkat inflasi yang rendah di dalam negeri (menekan inflasi inti di Indonesia, dua sisi mata uang yang relatif positif saling menguntungkan).

Ancaman resesi ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2024 itu sangat terdampak terhadap pemain pasar keuangan yang bermain di bursa internasional. Seperti kasus yang terjadi di Bursa Nikkei Jepang yang berdampak terhadap kerugian secara besar besaran terhadap pemegang saham yang trading di bursa Jepang sebagai dampak kebijakan dinaikkannya interest rate bank central jepang (kenaikan di Bulan Juli 2024, sebesar 0,25%).

Gejolak pasar keuangan akibat kenaikan suku bunga bank central (indeks Nikkei turun 15%, Indeks Nasdaq Composite turun tajam berdampak terhadap ancaman resesi di Amerika, Saham Perbankan turun 7%), memberikan pelajaran penting kepada orang orang kaya di Indonesia untuk tidak terlalu banyak menyimpan dananya di pasar saham (mengandalkan pasif income semata, berada di zona nyaman yang sama dan berlangsung lama)..

Sudah saatnya orang orang kaya di Indonesia kembali ke dunia nyata, terlibat dalam upaya mengembangkan sektor rill di dalam negeri sendiri, berinovasi, menggunakan surplus kekayaan yang dimilikinya, untuk mengembangkan sektor produksi yang lebih efisien di Indonesia.

Industri tekstil Indonesia yang sempat mengalami tekanan karena maraknya importasi tekstil dari China, harusnya mulai melakukan perubahan strategi bisnisnya sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan ekosistem bisnis di pasar tekstil di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia tidak kekurangan ide kreatif untuk mengembangkan pasar domestiknya, terbukti dengan suksesnya pangsa pasar "snicker lokal" yang merambah trend mode anak anak muda di Indonesia (harga tidak murahan, tetapi laku dipasar lokal ditopang dengan riset pasar yang baik). Industri tekstil yang sempat terpuruk itu, harus terus berinovasi mengembangkan ide ide kreatif dari sisi produk dan juga mengembangkan strategi pemasaran di dalam negeri sendiri, terutama memanfaatkan keuntungan basis produksi lokal, efisiensi dari ketiadaan bea importasi (no barrier), dan memanfaatkan strategi marketing digital yang saat ini telah sangat baik berjalan di Indonesia (semua masalah sejatinya memiliki alternatif penyelesaiannya).

Yang perlu untuk diperhatikan oleh Pemerintah dihari ini adalah, mendorong sektor perbankan untuk menyiapkan strategi pembiayaan kredit usaha yang mendorong basis produksi (bukan fokus ke basis konsumsi, apalagi terjebak pada siklus zona nyaman membeli surat utang pemerintah), dengan pemberian insentif yang menguntungkan pengusaha lokal/termasuk UKM, untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan ekosistem bisnis yang terjadi di dalam negeri (menghadapi kerasnya digitalisasi perdagangan termasuk variabel importasi pasar china ke Indonesia).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline