[caption id="attachment_323581" align="alignnone" width="594" caption="Sumber: www.zimbio.com"][/caption]
Dalam hasil terbaru kejuaraan bulutangkis dunia 2014, Indonesia sama sekali tidak mendapatkan prestasi yang memuaskan. Tentu kita bangga bahwa ada nama Tommy Sugiarto berada dalam salah satu daftar pemenang meski hanya meraih perunggu. Namun, bukannya prestasi yang lebih baik bisa diraih mengingat beberapa atlet-atlet pendahulunya punya torehan yang lebih baik?
Paramadina Public Policy Institute pada 2010 lalu melakukan riset tentang beberapa faktor penurunan prestasi Indonesia dalam bidang olahraga. Penelitian berjudul “Mendorong Prestasi Olahraga Melalui Kebijakan Pendanaan dan Fiskal” ini mengungkap beberapa fakta mengenai mengapa prestasi olahraga Indonesia tak pernah bisa unjuk gigi melalui interview dengan beberapa pemangku kepentingan (stakeholder) seperti atlet, mantan atlet, swasta dan pemerintah.
Berikut beberapa faktornya:
1.Profesi atlet tidak atraktif bagi anak bangsa
Saat ini beberapa bidang olahraga memang cukup menarik minat para generasi muda seperti bulutangkis dan sepakbola. Namun bidang di luar itu, bidang-bidang olahraga lainnya di Indonesia jarang sekali diminati. Beberapa penyebabnya antara lain ketidakjelasan jalur karir di bidang-bidang olahraga tersebut.
Bahkan dalam hal karir pascapensiun, bulutangkis dan sepakbola pun setali tiga uang dengan bidang lain. Banyak mantan atlet yang terlantar, hidup dengan beberapa permasalahan yang tak terselesaikan seperti gaji dan sebagainya. Ini membuat regenerasi atlet menjadi tersengal-sengal. Bidang olahraga pun makin tidak diminati di negeri ini.
2.Olahraga tidak terbangun secara terintegrasi dengan system pendidikan
Orientasi sebagian masyarakat Indonesia memang belum melihat olahraga sebagai karir yang membanggakan dan menjanjikan. Pendidikan dan olahraga bukan paduan yang pas, seperti dua kutup magnet yang sama yang mencoba untuk bergabung; tentu tak akan pernah terwujud.
Banyak lembaga pendidikan yang memberikan ‘hukuman’ pada siswa yang lebih memilih olahraga dibanding belajar untuk nilai pelajaran yang bagus. Selain itu memang tidak ada program pelatihan dari pemerintah yang memberikan ruang bagi setiap siswa untuk memilih jalur olahraga untuk berprestasi lebih baik.
3.Minimnya dana untuk pembinaan olahraga