Pak Ogah begitu sapaan akrabnya. Lelaki paruh baya yang memiliki nama asli Eri ini adalah seorang tunawicara sejak lahir. Meski demikian, ia adalah seorang suami sekaligus kepala keluarga yang gigih berjuang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Sejak kecil Pak Ogah sangat akrab dengan lika-liku kehidupan. Namun, kehidupannya berangsur membaik sejak kehadiran sang istri. Saat ini di usianya yang telah menginjak 47 tahun, Pak Ogah tinggal di Semarang bersama sang istri.
Bu Yanti, istrinya, juga seorang tunawicara. Namun hal itu tak membuat keharmonisan keluarga sederhana ini berkurang. Justru keadaan itulah yang membuat mereka saling menguatkan satu sama lain dalam menjalani kehidupan.
Menjadi tulang punggung keluarga membuat Pak Ogah harus mencari cara untuk bertahan hidup. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi penjahit setelah sebelumnya mengikuti kursus jahit.
Namun, di kala jasa jahitnya semakin dikenal masyarakat muncul wabah Covid-19 yang akhirnya menjadi pandemi di seluruh dunia. Tak dipungkiri, pandemi Covid-19 juga membuat omzetnya menurun drastis.
Kondisi tersebut memaksa ia kembali memutar otaknya. Akhirnya, keputusannya jatuh pada pekerjaan yang kerap orang sebut 'Pak Ogah' yakni menjadi penyeberang jalan. Dari situlah asal muasal panggilan Pak Ogah disematkan kepadanya.
Penghasilan dari pekerjaan sampingan itu memang tak seberapa. Namun ia selalu bersyukur, bahkan merasa senang ketika tenaganya bisa membantu banyak orang, menertibkan jalanan hingga menghindari kecelakaan.
"Allahmdulillah saya senang menjalani ini, setidaknya dengan apa yang saya miliki ini bisa turut membantu orang lain. Saya tak pernah berharap lebih dari apa yang saya lakukan ini, saya hanya berdoa semoga Allah selalu memberi saya kecukupun dari apapun usaha yang telah saya lakukan," tuturnya pada secarik tulisan dan bahasa isyarat yang ia berikan.
Melihat perjuangan yang luar biasa dari Pak Ogah, PPPA Daarul Qur'an Semarang memberikan bantuan berupa paket sembako. Tujuannya agar meringankan beban hidup Pak Ogah dan istri di masa pandemi Covid-19 ini.
Kepala Cabang PPPA Daarul Qur'an Semarang, Muhammad Nur Fauzan berkata "aksi bagi sembako untuk para pejuang nafkah ini merupakan salah satu aksi yang dilakukan oleh PPPA Daarul Qur'an Semarang sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat kecil yang amat terdampak pandemi Covid-19 ini, seperti Pak Eri salah satunya. Semoga melalui dukungan dan pendampingan ini dapat membantu melegakkan masa sulit para pejuang nafkah keluarga dalam melewati pandemi Covid-19 ini. Aamiin."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H