Dihadapkan dengan revolusi 4.0 kedepan salah satu ancaman terbesar didalam pertahanan Negara adalah ancaman siber. Dunia maya (cyber) memiliki beberapa keunggulan antara lain : tidak memiliki batasan ruang dan waktu, dapat menjangkau media yang luas, memiliki efektivitas yang tinggi, dapat dioperasionalkan dengan biaya yang murah dan hasil yang maksimal. Seiring dengan perkembangan jaman dan pemanfaatan teknologi, arah peperangan yang dilakukan saat ini adalah Proxy War yaitu perang di suatu Negara yang diakibatkan oleh hasutan dari kekuasaan suatu Negara lainnya dengan memanfaatkan aktor nonnegara atau pihak ketiga atas nama mereka untuk melawan Negara dimaksud. Ancaman pertahanan akan cenderung memanfaatkan dunia cyber untuk melancarkan Proxy War, hal ini perlu diantisipasi dengan peningkatan Sumber Daya Manusia dan teknologi di bidang cyber.
Stuxnet, merupakan virus komputer yang secara luas diduga merupakan kerjasama antara Amerika Serikat dan Israel, ditemukan pada tahun 2010, hal itu didukung informasi bahwa virus itu digunakan untuk menyerang fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Iran. Ini adalah salah satu contoh yang dikenal publik sebagai virus komputer digunakan untuk menyerang mesin industri.
Peneliti Symantec, Selasa 26 Februari tahun 2013 mengatakan bahwa mereka telah menemukan sepotong kode yang mereka sebut "Stuxnet 0.5" di antara ribuan versi dari virus yang mereka temukan dari mesin yang terinfeksi. Mereka menemukan bukti Stuxnet 0,5 dikembangkan tahun 2005 ketika Iran masih menyiapkan fasilitas pengayaan uraniumnya. Virus itu ditempatkan tahun 2007, tahun yang sama saat fasilitas Natanz sudah mulai online. Ahli keamanan cyber yang mengkaji 18-halaman laporan Symantec soal Stuxnet 0,5 mengatakan, laporan itu menunjukkan bahwa senjata cyber yang sudah cukup kuat untuk melumpuhkan produksi di Natanz itu sudah ada enam tahun yang lalu dibuat. "Serangan ini bisa merusak mesin pemisah dengan putaran (centrifuges) tanpa merusak begitu banyak yang membuat operator pabrik curiga," kata sebuah laporan yang ditulis oleh Institut Sains dan Keamanan Internasional, yang dipimpin oleh mantan inspektur senjata PBB David Albright.
Meskipun tidak jelas apa kerusakan yang ditimbulkan Stuxnet 0,5, Symantec mengatakan virus itu dirancang untuk menyerang fasilitas Natanz dengan membuka dan menutup katup yang memasok gas heksafluorida ke centrifuges, tanpa sepengetahuan operator yang mengoperasikannya. Pembedahan terhadap versi Stuxnet sebelumnya diyakini telah digunakan untuk menyabot proses pengayaan uranium dengan mengubah kecepatan perputaran gas centrifuges sentrifugal.
Di Indonesia sendiri serangan siber terjadi pada saat diselenggarakannya pemilu tahun 2014, dan 2019 dimana situs website KPU mengalami serangan siber DDOS (Distributed Denial Of Service) salah satu jenis cyber-attacks yang menyasar website, layanan online, maupun jaringan dengan cara membanjirinya dengan fake traffic yang sangat banyak . Lembaga Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengungkap penyebab Komisi Pemilihan Umum (KPU) kerap kena retas pada Pemilu 2014 dan 2019 . Menurut Peneliti Perludem, Nurul Amalia, peretas bisa menyusup dalam jaringan KPU lantaran mendapat akses melalui media sosial dan email. Sehingga ia mengimbau agar para staf tidak sembarangan membagikan kata sandi akses ke sistem internal di media sosial. Hal ini merupakan buntut dari penggunaan siber yang tidak sehat. Sehingga, salah satu cara langkah pengamanan adalah memastikan praktek kebersihan siber (cyber hygiene) bagi para pegawai KPU.
Mengacu dari contoh ancaman cyber yang terjadi dari uraian diatas, maka saat ini Indonesia perlu memberikan perhatian khusus terhadap pertahanan siber. dimana istitusi di dalam pemerintah yaitu BSSN, BIN, TNI dan Polri merupakan palang pintu garda terdepan dalam menghadapi ancaman cyber di masa yang akan datang. dengan perubahan arah teknologi dimana dewasa ini pemanfaatan AI (Artificial Inteligent) semakin berkembang dan masuk ke berbagai ranah lapisan pemerintahan dan masyarakat, sangat mungkin kedepan akan ada ancaman besar berupa malware atau ramsomeware yang dapat menyerang seluruh dunia seperti yang terjadi saat ini yaitu ancaman Covid-19. Sudah siapkah Indonesia menghadapi kemungkinan ancaman cyber di masa mendatang ?
Indonesia selain memiliki sumber daya yang melimpah, didukung dengan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki kemampuan handal dan dapat diperhitungkan, bahkan tidak sedikit ditemukan hacker-hacker handal yang berasal dari Indonesia. Selain itu yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan netizen Indonesia tanpa sebuah komando namun berdasarkan rasa cinta tanah air yang tinggi mampu membuat target sasaran menjadi tidak bergeming. Sebut saja contoh kasus Dayana vs Fiki Naki yang dinilai merendahkan fans indonesia di OmeTV. Akun BWF (Badminton World Federation) dan All England yang mendapat serangan caci maki netizen Indonesia karena atlit Badminton RI dipaksa mundur dari All England.
Dua hal tersebut adalah contoh bagaimana rasa nasionalisme yang tinggi dimiliki oleh netizen Indonesia, dan merupakan sebuah kekuatan yang dapat menjadi potensi besar apabila dimanfaatkan untuk suatu tujuan yang benar. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan keanekaragaman hayati dan budaya yang luar biasa. SDM yang melimpah dan didukung oleh generasi muda yang handal. Bukan tidak mungkin bahwa suatu saat Bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat dan berwibawa. Untuk menjawab pertanyaan diatas mengenai kesiapan Bangsa ini menghadapi ancaman siber dimasa mendatang, bukan hanya tanggung jawab pemerintah Indonesia ataupun aparatur negara, namun merupakan tanggung jawab kita semua, segenap tumpah darah Bangsa Indonesia baik kaum muda ataupun tua. Karena Kedaulatan hanya akan timbul dengan adanya interopability diberbagai aspek kehidupan dan kesamaan persepsi serta tujuan yang luhur menjadikan INDONESIA BANGSA YANG BERDAULAT seperti yang tertuang dalam PANCASILA dan pembukaan UUD 1945.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H