Lihat ke Halaman Asli

Ricuh Transport Konvensional vs Online

Diperbarui: 23 Maret 2016   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copast Desi Anwar twitter"][/caption]seperti ditulis Mbak Desi Anwar (Jurnalis) pada kicauan sosmed, menurut bahasa saya, bahwa untuk bertahan hidup, manusia harus selalu dalam keadaan siaga, siap berubah mengikuti perkembangan jaman. Kalo kita nggak siap maka kita akan hanyut dilibas perubahan itu sendiri. Artinya apa? kita akan megap-megap mengikuti arus dengan susah payah atau kalo nggak kuat yaa..  mati.

Dalam kasus ini, si Konvensional telat berubah, atau telat menyadari dan terlalu terlena dalam zona nyamannya. Nggak sadar ternyata pemain baru yang lebih canggih dan berbasis digital siap menggulung zona nyaman itu sendiri. Bagaikan hutan rimba, siapa tidak cepat dan kuat maka dia akan kalah atau mati.

Sebagai penonton, saya dan banyak komentator dadakan lainnya, cuma bisa berkomentar, situasi sekarang dibanding dengan idealnya. Memang disini butuh kecepatan, ketangkasan dan kebijakan cerdas pemerintah dalam menyikapi ini. Bukan karena regulasi belum ada lantas semua hanya menunggu sambil main catur. Bukankan di negara maju sana, keadaan seperti ini pernah terjadi?

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, sesuatu yang baru, sesuatu yang keren, sesuatu yang simple, apalagi murah akan disukai masyarakat. Lebih canggih, lebih nyaman dan lebih murah? siapa bisa menolak??

Seperti contoh-contoh yang sudah terjadi, Raksasa Nokia? Raksasa Blackberry, Raksasa Kodak? mereka jaya pada jamannya, namun tampaknya mereka tidak ikut dalam arus. Mereka fokus, lupa bahwa diluar sana perubahan besar sedang berlangsung... terus menerus. Dunia terus berubah, terus maju, terus bergerak mengikuti ritme yang semuanya berpusar. Dan kita harus jeli melihat setiap perubahan dan kemana perubahan itu menuju. Dan kita harus belajar dari semua itu?

Dimana kita ingin terus Maju, maka ikutlah pusaran dan jadilah bagian didalamnya.  Maka kita ada dalam perubahan itu. Dan berusahalah menjadi yang terbaik didalamnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline