Lihat ke Halaman Asli

Rumah Perempuan Berdaya Batch 1: Hakikat dan Peran Perempuan

Diperbarui: 27 Agustus 2024   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Rumpun Daya Batch 1 Bersama Warga dan Pemateri (dokpri)

PPK Ormawa IMM Achilles dilaksanakan di Desa Soket Laok, Bangkalan dilaksanakan Rumah Perempuan Berdaya (RUMPUN DAYA 1) dengan tema Hakikat dan Peran Perempuan.

Ira Purnamasari merupakan pemateri pertama pada Rumpun Daya Batch 1 ini sekaligus Dosen Keperawatan di Universitas Muhammdiyah Surabaya. Didampingi oleh moderator Raihan Tamam yang merupakan kader PK IMM Achilles. Antusias masyarakat dalam mengikuti acara ini sangat luar biasa. Acara dimulai dengan absensi sekaligus pemeriksaan darah gratis dengan tujuan untuk memantau kesehatan masyarakat di Desa Soket Laok, Bangkalan.      

Dokumentasi Pre-test (dokpri)

 

Acara selanjutnya yaitu pengisian Pre-test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman perempuan di Desa Soket Laok, Bangkalan tentang hakikat dan peran perempuan. Pengisian pre-test ini juga dibantu dan didampingi oleh anggota PPK Ormawa IMM Achilles, karena sebagian masyarakat tidak bisa baca tulis.

Kemudian masuk pada acara inti yaitu Rumah Perempuan Berdaya (RUMPUN DAYA 1) dengan tema Hakikat dan Peran Perempuan. Pada awal pembukaan materi, pemateri menanyakan tentang arti berdaya kepada masyarakat. Namun masyarakat belum paham dengan arti berdaya itu sendiri. Dilanjutkan dengan pemateri menjelaskan bahwa : berdaya adalah mampu, perempuan berdaya adalah perempuan yang mampu bersuara, mampu melakukan hal-hal positif yang bisa membantu menyelesaikan masalah di dalam keluarga, baik masalah perekonomian maupun masalah sosial.

Dokumentasi Penyampain Materi Rumpun Daya Batch 1 (dokpri)

Pemateri juga menjelaskan bahwa peran perempuan tidak hanya tentang dapur, sumur dan kasur, namun banyak hal yang perempuan bisa lakukan. Contohnya, dengan membuka peluang usaha sendiri : membuka toko sembakoh, membuka usaha jahit, membuat kerajinan dari bahan bekas pakai, dan menjualnya melalui media sosial.

Masyarakat juga menceritakan  terkait kendala yang mereka alami selama ini, bahwa mereka sebenarnya ingin menjadi perempuan berdaya, namun saja perekonomian yang terbatas dan kultur yang masih melekat bahwa perempuan hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga yang menjadi hambatan untuk mencapai impiannya. Mereka juga menyampaikan untuk bisa menggapai bangku kuliah itu sangatlah susah dan menjadi imian banyak anak-anak di sana. Rata-rata masyarakat disana hanya bisa bersekolah hingga SMA saja dan setelah lulus mereka memilih untuk menikah.

Pemateri juga menjelaskan, peran ibu sangat penting dalam menghasilkan anak yang berkualitas, tidak hanya dalam cara mendidik namun juga dari usia pernikahan kedua orang tuanya. Pemateri menjelaskan bahwa kecerdasan seorang anak lahir dari orang tua perempuan, sedangkan gen kemiripan anak diturunkan oleh orang tua laki-laki. Saat kita memaksakan untuk menikah di usia muda maka resiko yang paling banyak terjadi pada ibu yaitu, kanker rahim, kanker serviks, dan pendarahan. Resiko yang bisa terjadi pada anak yaitu, stunting atau dalam bahasa maduranya dekkeng.

Namun, setelah diberi motivasi oleh pemateri mereka berantusias untuk bisa bangkit, bisa menjadi perempuan berdaya, mereka juga tertarik untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga bangku kuliah. Masyarakat juga bertanya tentang cara melihat tanda-tanda stunting dan juga cara mencegah stunting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline