Lihat ke Halaman Asli

PPKO BEM FATETA IPB 2023

BEM FATETA IPB UNIVERSITY

Dukung Kampung Iklim, PPK Ormawa BEM Fateta IPB University Resmikan Rumah Kompos Desa Cibitung Tengah

Diperbarui: 17 September 2023   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim Media PPK Ormawa Bem Fateta

Saat ini sampah sudah menjadi permasalahan serius yang perlu diatasi, terutama untuk menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan. Dalam pengolahan sampah pada lingkungan masyarakat desa kebanyakan masih bertumpu pada unsur penimbunan sampah kemudian dilakukan pembuangan dan pemusnahan dengan cara dibakar. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, terdapat permasalahan di lingkup masyarakat Desa Cibitung Tengah, berupa timbulan sampah organik rumah tangga mencapai 1,2 kg/kapita/hari. Besarnya jumlah timbulan sampah ini tidak diimbangi dengan adanya TPS, sehingga masyarakat memilih untuk membakarnya. Pembakaran sampah organik tentunya akan menimbulkan emisi gas rumah kaca yang menjadi kontributor utama perubahan iklim

Menghadapi permasalah tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM Fateta) IPB University membuat rumah kompos di Desa Cibitung Tengah, RT03/RW01, Kec. Tenjolaya, Kab Bogor sebagai upaya mitigasi dari adanya perubahan iklim. Proses pembuatan rumah kompos tersebut berjalan dari tanggal 7 Juli hingga 17 Agustus 2023 dan diresmikan pada Sabtu (26/08). Kegiatan peresmian ini dihadiri oleh Ata Sunarta selaku ketua RT03, kelompok ibu PKK, serta perwakilan masyarakat setempat.

Wahab Chayyi selaku ketua tim menjelaskan bahwa rumah kompos ini dinamakan Rumah Kompos R3SIK (Reduce, Reuse, Recycle Sampah Organik). Program ini bekerja sama dengan karang taruna Desa Cibitung Tengah, kelompok ibu PKK, dan warga sekitar rumah kompos. "Dengan adanya rumah kompos ini diharapkan warga setempat tidak lagi membakar sampah dan mendapat pengetahuan bahwa sampah organik bisa bernilai dengan pembuatan kompos", ujar Wahab. 

"Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak BEM Fateta karena sudah berhasil membangun rumah kompos ini. Sebelumnya sudah ada program serupa yang sudah pernah dilakukan untuk mengurangi sampah organik, tetapi tidak berkelanjutan. Saya berharap agar BEM Fateta kedepannya terus memantau perkembangan rumah kompos ini agar berjalan lancar dan berkelanjutan hingga menghasilkan produk yang bernilai,"  Ujar Ata dalam sambutannya. 

Rumah Kompos R3SIK memiliki bak sampah organik yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat penguraian sampah organik menjadi kompos serta kandang lalat bsf untuk perkembangbiakan maggot. Dalam kegiatan peresmian ini, dilaksanakan pencerdasan kepada karang taruna, kelompok ibu PKK, serta warga sekitar mengenai tata cara pembuangan sampah organik di rumah kompos dan budidaya maggot. 

"Kami menyediakan 3 bagian bak sampah yang dapat diisi, tetapi bapak dan ibu harus mengisi satu sisi bak dahulu hingga penuh. Untuk mencegah timbulnya bau tidak sedap, sampah dalam bak jangan terlalu sering dibolak-balik dan harus segera ditimbun kembali dengan sampah baru," jelas Rizky.

Penguraian pupuk kompos pada bak sampah akan dilakukan dengan bantuan maggot yang dihasilkan dari budidaya maggot serta kotoran kambing. Maggot dan kotoran kambing akan ditambahkan secara berkala untuk mempercepat proses penguraian. Proses penguraian satu bak sampah organik menjadi kompos berlangsung selama 2 bulan. Kompos tersebut nantinya akan disaring untuk mendapatkan hasil pupuk kompos yang halus dan siap dipakai. 

Dalam area budidaya maggot, terdapat 2 kandang gantung lalat bsf serta rak untuk perkembangbiakan maggot. Maggot berkembangbiak selama 38-41 hari. Saat maggot menetas hingga umur 7 hari, maggot cukup diberi pakan dedak. Setelah umur 7 hari, maggot diberi pakan sampah organik yang sudah dicacah kecil hingga berumur 20 hari. Stop memberi pakan maggot saat umur 20 hari karena maggot akan bersiap menjadi pupa dan siap dipanen saat berumur 30 hari. Pada fase ini, maggot dapat digunakan sebagai pakan ternak. Setelah 30 hari dan warna maggot sudah mulai coklat, pupa maggot dipindahkan ke kandang lalat gantung. Setelah melalui fase pupa, maggot akan menjadi lalat dan mulai bertelur kembali. 

"Sampah organik untuk pakan maggot bisa menggunakan sisa makanan seperti sayur, buah, nasi, dan makanan yang sudah dimasak. Hindari sampah yang memiliki tekstur keras dan terlalu kering seperti biji buah dan daun kering," ujar Erma. 

Upaya pengolahan sampah organik di Rumah Kompos R3SIK ini diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang sering membakar sampah untuk membuangnya ke rumah kompo. Sesuai dengan slogan Rumah Kompos R3SIK yaitu "From Trash To Cash", diharapkan program ini dapat mengubah sudut pandang masyarakat bahwa sampah bukan menjadi suatu masalah melainkan suatu peluang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline