Lihat ke Halaman Asli

PPI Tiongkok

Berdaya-Berkarya-Bersama

PPIT Berkabar Edisi Spesial: Potensi SDA Nikel Indonesia

Diperbarui: 1 Desember 2020   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ppitiongkok.org

Penulis: Nova Edvike Trinanda | Sichuan University 

Pada hari Jumat, 27 November 2020, PPI Tiongkok mengadakan webinar edisi special dengan tema "Potensi Sumber Daya Alam Indonesia Sebagai Bagian dari Global Supply Chain Energi Baterai Lithium masa Depan". 

Webinar ini dibuka oleh Kepala Bidang Kajian dan Strategis, Achyar Al Rasyid selaku moderator. Setelah resmi dibuka, Achyar kemudian mengarahkan langsung ke acara selanjutnya, yaitu sambutan. Nikko Akbar selaku Ketua Umum PPI Tiongkok periode 2020-2021 menyampaikan ucapan terima kasih dan menjelaskan sedikit fokus webinar kepada partisipan, yaitu potensi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia di bidang nikel sebagai bahan baku utama baterai lithium yang nantinya akan digunakan menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.

Dilanjutkan oleh prakata pengantar webinar yang disampaikan oleh Djauhari Oratmangun selaku Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok merangkap Mongolia, beliau menyampaikan sambutan hangatnya untuk membuka webinar spesial ini. Selain itu, beliau juga sharing mengenai hubungan bilateral, dan digital economy Indonesia yang semakin membaik.

"Saat ini kontribusi digital economy terhadap GDP China itu sudah nyaris 33%, sedangkan di Indonesia baru mencapai 3%, tetapi improvement kedepannya, opportunities nya luar biasa, akan ada lompatan digital economy yang baik, jadi ini kesempatan yang luar biasa untuk kita," jelas Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok merangkap Mongolia dalam sharing session yang dihadiri 650 partisipan tersebut.

Dalam pemaparan materi, Luhut Binsar Panjaitan selaku pembicara utama menyinggung mengenai perkembangan dan strategi utama penanganan COVID-19 yang dibagi menjadi 3, diantaranya: 1) Perubahan perilaku dan deteksi awal penyebaran dengan cara mendorong perilaku masyarakat untuk disiplin menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan; 

2) Pembangunan pusat-pusat karantina dan isolasi dengan poin memberikan fasilitas karantina terpusat untuk pasien asymptomatic dan ringan; 3) Manajemen perawatan COVID-19 dengan cara menerapkan protokol standar terapi penanganan dan memastikan setiap RS rujukan memiliki bed capacity, medical supplies dan equipment yang memadai.

COVID-19 juga menyebabkan kontraksi ekonomi di berbagai negara, pada Q2 Indonesia mengalami kontraksi sebanyak 5,3%, dan Q3 saat ini menjadi 3,49% yang mana telah mengalami perbaikan. Namun perlambatan masih terlihat di beberapa sektor utama, yaitu industri pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Setelah penjelasan mengenai COVID-19, beliau masuk ke inti pemaparan materi. Beliau mengumgkapkan bahwa secara umum indikator leading menunjukkan perbaikan dibandingkan titik terendah di Mei 2020. Penjualan semen juga telah tumbuh ke level di atas rata-rata 2019, namun harus tetap waspada karena manufacturing PMI menunjukkan penurunan dibanding Agusuts 2020.

Terlepas dari hal-hal di atas, pemerintah menyiapkan 695,2 T untuk stimulus dan penanggulangan COVID-19 di beberapa bidang, dengan realisasi: Health (35,3%); Social Protection (77,9%); Sectoral and Local Government (49,9%); Business Incentive (32%); MSME (83,3%); Corporate Financing (3,2%). Percepatan realisasinya sangat baik dan diperkirakan akan meningkat pada bulan ini, dengan harapan semua sektor mengalami kenaikan di atas 90%.

Selain hal-hal di atas, Omnibus Law juga menjadi salah satu topik pembicaraan, beliau menyatakan bahwa Omnibus Law merupakan salah satu langkah maju untuk menangani upaya perbaikan relokasi Trade War. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline