Lihat ke Halaman Asli

Beban Sekolah dan Kesehatan Anak Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagai dokter praktek sehari-hari, sering kali saya menemukan pasien anak usia sekolah dasar datang dengan keluhan nyeri kepala kronis dan keluhan lambung yang mirip dengan sakit maag pada orang dewasa. Kerap kali orang tua sudah "doctor shopping" ke banyak dokter bahkan dokter spesialis, tak jarang pula telah membawa hasil MRI kepala yang kesemuanya adalah normal. Setelah melalui wawancara yang panjang ternyata ketahuan bahwa sang anak merasa tertekan dengan semua beban di sekolah sehari-hari. Lihatlah ilustrasi salah satu pasien ini, orang tua anak kelas 3 SD dengan keluhan nyeri kepala: "Anak saya berangkat sekolah jam 6 pagi, pulang sekolah jam 14.00, jam 4 sore dia sudah harus les mata pelajaran matematika, bahasa inggris, mengaji. dll, setelah habis maghrib sampai jam 9, dia harus mengerjakan PR yang sangat banyak sampai-sampai saya yang ikut membantu mengerjakannya, ikut pusing dokter, dan aktivitas ini hampir rutin setiap hari." Seorang pasien yang lain mengeluh kesemutan pada lengan sebelah kanan yang setelah diteliti akibat tekanan tali ransel pada saraf lengan yang melewati bahu, akibat ransel itu terlalu berat, penuh buku yang harus dibawa anak ke sekolah. Ngeri rasanya melihat kenyataan ini, dan keluhan ini sering ditutup oleh pernyataan orangtua; "mau bagaimana lagi dok, sudah tuntutan kurikulum." Sebagai dokter tentu saya bukan pakar pendidikan, namun melihat ekses dari model pendidikan seperti ini hati saya miris . Haruskah anak-anak ini tertekan, 5 hari dalam seminggu dengan resiko mengalami problem kesehatan yang serius. Apakah untuk membentuk manusia yang hebat harus menjejalkan sebanyak mungkin materi pelajaran. Jangan lupa stress pada anak justru akan merusak sel-sel saraf di otak anak yang sedang berkembang. Mungkin perlu ada evaluasi ulang pada kurikulum pendidikan, untuk mengurangi ekses-ekses terutama di bidang kesehatan mental anak. Apa yang kami tulis adalah cerita nyata, yang mungkin merupakan fenomena gunung es di mana keluhan-keluhan somatik anak dianggap penyakit organik oleh orang tua atau dokter sekalipun sebenarnya adalah masalah psikologis anak yang sangat mungkin dipicu oleh masalah akademik. Keep your kids smile




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline