Sebenarnya tujuan saya ke Jakarta tanggal 20 Agustus ini mengikuti simposium Ilmu Penyakit Dalam di Jakarta di daerah Kuningan sekalian menonton Konser 25 Tahun Padi di Senayan, belakangan ada teman Kompasianer yang memberi info ada Kopi Darat Kompasianer di Perpustakaan Nasional di tanggal yang sama.
Maka seperti kata pepatah ' pucuk dicinta, ulam tiba' dan 'sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui' dan jangan pula ' karena nila setitik rusak susu sebelanga', maka sayapun pukul 8 pagi ke simposium, lalu pukul 11 ke acara kopi darat kompasiana dan selesai acara kompasiana langsung ke senayan mengurus tiket konser.
Saat tiba di Auditorium Perpustakaan Nasional lantai 4, saya sudah ketinggalan kereta tapi ikut di tengah jalan saat para dedengkot Kompasiana bicara mulai dari pak Nurul, pak Tjiptadinata, pak Thamrin Dahlan sampai ibu Christie Damayanti yang tetap semangat dengan kursi rodanya, karena motivasi utamanya menulis adalah menyembuhkan serta memulihkan kekuatan fisiknya setelah mengalami Stroke di tahun 2010an.
Tapi satu hal yang semakin memicu adrenalin lagi, bahwa Kompasianer ditantang menulis setiap hari dan kalau memungkinkan membuat buku minimal satu ibarat pepatah ' gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, Kompasianer yang hebat mati meninggalkan buku, minimal buku kompilasi'.
Selain diskusi, ada bagi-bagi bukunya pak Tjiptadinata Effensi, Kompasianer of the Year 2014 yang tinggal di Australia dan acara ulang tahun ke 70 pak Thamrin Dahlan sekalian ulang tahun kedua Yayasan Literasi Thamrin Dahlan yang berlangsung meriah karena bertabur hadiah serta "door prize".
Nah, untuk Kompasianer yang penasaran mau bikin buku, dapat berguru ke para suhu yang saya sebutkan tadi ibarat pepatah 'banyak jalan menuju Roma tetapi hanya satu jalan membuat buku yaitu nulis dan cetaklah'.
Akhir kata, semoga tulisan ini menginspirasi kalian menulis yang rajin dan membuat buku sebagai kenang-kenangan dan mengabdi pada keabadian, tetapi kalau tidak terinspirasi juga ya saya tetap menjunjung tinggi azas praduga tidak bersalah, kalau kaum hawa sih bilangnya "terserah".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H