Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Apa yang Terjadi Kalau Ada Kasus Usus Buntu di Pulau Enggano pada Hari Rabu?

Diperbarui: 14 Agustus 2022   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: FB Richard Silaen

"Suami saya pernah sakit usus buntu, Dok. Tidak ada dokter bedah saat itu disini jadi menunggu dua hari dahulu baru dapat dirujuk ke Bengkulu dan dioperasi." Cerita salah seorang pasien darah tinggi yang berobat dengan saya saat pelayanan kesehatan gratis bagi jemaat Gereja GKPE HKBP Resort Enggano dan penduduk sekitarnya hari Senin 8 Agustus 2022.

Ini saya tanyakan karena di Pulau Enggano hanya ada transportasi udara dengan maskapai Susi Air yang memuat 13 orang termasuk pilot dan co-pilot dengan jadwal hari Selasa dan Jumat siang, kapal Feri yang dapat mengangkut kendaraan roda 2 dan 4 yang berangkat pada hari yang sama serta kapal laut perintis yang hanya mengangkut barang dan penumpang tanpa kendaraan yang berangkat 2 kali seminggu antara Rabu-Sabtu atau Rabu dan Minggu. 

Kesulitannya kalau sedang ada badai, maka semua transportasi itu akan menunda keberangkatan sampai badainya hilang.

Sakit usus buntu atau appendicitis acute dapat mengancam nyawa kalau pecah dan nanah yang keluar dari usus umbai cacing itu mencemari rongga perut dan membuat kuman usus membuat nanah yang berlimpah ruah memenuhi perut yang membuatnya membuncit, badan demam dan akhirnya terjadi sepsis dengan badai sitokinnya yang mirip gejala covid 19 yang parah. 

Selain itu jika selamat dan sembuh juga, luka bekas operasi juga menentukan kalau terlambat dioperasi dapat saja lukanya sepanjang 30 cm, sementara kalau ditindak lebih cepat maka lukanya dapat hanya 5 cm.

Bagaimana pula kalau ada ibu yang melahirkan tetapi terjadi kegawatan janin dan atau proses melahirkannya macet atau kasep, si ibu sudah kesakitan dan kelelahan sementara kepala si bayi masih jauh di panggul. 

Ini secepatnya memerlukan tindakan yang membutuhkan keahlian spesialis kebidanan dan harus dilakukan sesegera mungkin dalam hitungan jam bahkan menit, tetapi karena kendala transportasi maka si ibu dan bayinya harus menunggu 1-3 hari untuk naik kapal feri selama 12 jam.

Sebagai informasi, di pulau ini ada 1 PUSKESMAS dan 1 rumah sakit "mobile"(sumbernya disini ) tetapi tidak memiliki spesialis bedah dan obstetri-ginekologi yang menetap dan setahu saya tidak ada kamar operasi. Mungkin karena penduduk Pulau Enggano hanya kurang lebih 4000-5000 jiwa maka rumah sakit belum ada yang "standar" di pulau satu kecamatan ini. 

Sebagai perbandingan, di Palembang, Kecamatan Sukarami dengan jumlah penduduk 180 ribuan orang, rumah sakit umumnya ada 4 dan rumah sakit khusus ada 2. Dan konon jumlah penduduk yang hanya "segitunya" menjadi alasan transportasi ke pulau ini hanya 2 sampai 3 kali seminggu. 

Namun perlu dipertimbangkan posisinya sebagai salah satu pulau terluar di sisi barat Indonesia dimana bila ada ancaman dari Samudra Hindia maka penduduk setempatlah yang lebih dahulu mengantisiasi tantangan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline