"Dok, Saya takut divaksin covid 19, lagian saya ada darah tinggi dan diabetes, tolong beri keterangan. "Permintaan salah satu pasien yang gula darahnya 267 mg% dan tekanan darahnya 170/100 mmHg.
Kebetulan Pasien ini sangat takut lumpuh atau kena serangan jantung sesaat setelah divaksin, maka Sayapun memberi keterangan belum layak divaksin. Dia perlu untuk kepala sekolahnya, karena semua guru diwajibkan vaksinasi covid kecuali ada kendala.
Berbeda pula Pasien kedua, walau sakit asma kronis, tetapi beberapa bulan ini terkendali setelah memakai obat hisap yang mengandung pereda sesak dan anti radang. Dia terlihat antusias sekali divaksin tetapi PUSKESMAS-nya justru ragu-ragu dan meminta keterangan spesialis, maka Sayapun mengukur kemampuan hembusan napas maksimalnya di menit pertama (FeV1) yang hasilnya diatas 70% maka saya beri keterangan boleh divaksin.
Dua bulan ini ada dua puluhan Pasien meminta surat keterangan diantara dua alternatif kebutuhan tersebut dan Saya layani dengan tolok ukur yang jelas, kalau layak, ya dilayakkan kalau tidak layak divaksin covid 19, ya buat tidak layak dilakukan.
Kalau layak divaksin tetapi minta tidak dilayakkan atau sebaliknya, saya tegas menolak karena jaman pandemi begini dokter yang macam-macam pasti suatu saat kena getahnya.
Beberapa hari lalu malah ada kasus lebih menjengkelkan lagi. Ada Laki-laki usia 20 tahunan, sehat, hanya berkaca mata minus 2 saja, berobat pukul 11 pagi dan mau terbang ke Jakarta pukul 13. Dia belum divaksinasi covid 19,PCR negatif.
Dia mau vaksin "onsite" di Bandara tetapi tidak bisa dilakukan, alasannya dia sudah terdaftar vaksinasi di Jakarta di PUSKESMAS tertentu tetapi belum dilakukan.
Entah siapa yang mengajari, diapun berobat ke Saya khusus untuk mendapat surat keterangan bahwa dia punya penyakit kronis yang parah dan tidak boleh divaksin covid 19.
"Kenapa jadwal vaksin di Jakarta tidak dibatalkan saja? " Tanya Saya.
"Sudah, Dok. Tapi masih "nyangkut" di Bandara. Jadi satu-satunya cara, Saya harus dapat keterangan sakit parah dari dokter spesialis. Saya bisa bayar lebih, Dok... "Katanya lagi.
Sialan benar, emang mukaku hijau mata duitan bener, apa?