Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

(Novel) Aku Tidak Covid-kan Bapakmu

Diperbarui: 2 Juli 2021   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

I. Lahirnya Istilah Meng-covid-kan Pasien

"Hasil "swab PCR"-nya belum keluar,  kan. Kenapa Bapakku dibungkus plastik dan peti begitu?" Teriak si Anak lelaki Pasien 60-an tahun itu menghardik Prima,  ketua perawat jaga bangsal tingkat 4, bangsal khusus isolasi virus mematikan corona di malam itu,  beberapa keluarga lainpun berteriak histeris mengancamnya dan petugas pemulasaraan jenazah. 

Itu kejadian di kisaran Mei 2020, saat rumah sakit tipe C berkapasitas 150 tempat tidur itu mulai ditugaskan merawat pasien covid 19.

"Gejala penyakit si Pasien menunjukkan ke penyakit itu dan ronsen dada serta laboratoriumnya juga. Kalau tidak bersedia jenazah dimakamkan sesuai protokol,  boleh protes ke Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota."Perawat usia 32 tahun dengan anak 2 orang masih kecil-kecil itu berusaha terlihat tegas walau dalam hati dia takut juga karena tabiat dan budaya masyarakat di sekitar kota dan dusun-dusunnya ini terkenal keras dan kasar. Terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah yang entah mengapa selalu merasa berhak merebut hak-hak azazinya yang konon katanya diabaikan. 

Benar saja setelah ditelpon bagian keamanan,  setengah jam kemudian belasan aparat mengamankan keluarga yang nyaris rusuh dan jenazah dapat dimakamkan di pemakaman khusus dengan protokol ketat. 

Hasil "swab" si Pasien baru didapat tiga minggu kemudian karena semua "sample" saat itu dikirim ke ibukota dan satu hasilnya negatif sementara yang kedua positif. 

"Tuh kan.  Sampelnya negatif satu." Anak si Almarhum protes,  saat dipanggil semua keluarga yang kontak lama menjaga saat perawatan 4 hari Bapaknya, untuk "tracing" penularan.

"Satu positif berarti positif, pak." Penjelasan doktek Coki Spesialis Paru, kalem, dia tidak mau berdebat lebih lanjut apalagi berkelahi dengan keluarga Pasien, selain dapat melanggar etik juga dapat terjadi cedera parah yang mengganggunya praktek. 

Dan benar saja,  dua dari 7 orang yang kontak erat dengan si Pasien ternyata positif corona. 

Tetapi memang ada 65% Pasien usia tua dengan "stroke", serangan jantung atau penyakit sumbatan saluran napas kronis yang beberapa minggu kemudian hasil PCR-nya negatif tetapi sudah dimakamkan secara protokol covid-19 dan inilah yang memunculkan istilah "di-covid-kan".

"Apakah karena harga Pasien covid dibayar lebih mahal dari pasien diagnosis lain,  Dok? "Tanya dokter Mimi,  dokter magang setahun di rumah sakit tipe C itu,  masih muda, 24 tahun dan cantik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline