Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Cerpen: Kisah Cinta "Rapid" di Bangsal Covid

Diperbarui: 7 Juni 2021   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hazmat dan bantal pink (dok. pri)

"Maaf, banyak perawat wanita kami yang sakit seminggu ini,  jadi saya harus melayani Mbak Ayik  malam ini."Kata Bram kepada Pasien COVID19 yang masih nona usia 27 tahun dengan kelarutan oksigen di pembuluh darahnya hanya 86%.

"Tidak apa-apa,  Mas. Saya menurut saja."Kebetulan memang tugas si Perawat yang masih perjaka itu malam ini hanya memberi obat injeksi dan mencatat tanda-tanda vital di monitor. 

Kalau untuk memandikan pasien yang belum bisa ke kamar mandi,  diusahakan sesuai jenis kelaminnya,  untuk pasien pria maka perawatnya pria, sementara untuk wanita maka perawat yang memandikan diutamakan yang sama. Itu biasanya dilakukan pagi hari. 

Tetapi apa daya,  seminggu terakhir, dari 20-an perawat wanita di bangsal itu, 6 mengalami sakit yang 2 di antaranya terpapar COVID19 dan dirawat.  Padahal bangsal sedang penuh. 

"Mas Bram pernah bawa taksi "online", ya? Kayaknya aku pernah jadi penumpang."Tanya si nona penasaran. 

"Oh,  iya.  Pulang kerja dari rumah sakit,  saya memang kerja sampingan membawa mobil kreditan saya untuk menambah tabungan. Demi calon istri."

"Oh,  sudah punya calon,ya..."Napas Ayik agak terasa berat. 

"Oh,  belum ada. Hanya rencananya saja. " Lanjut Bram,  membuat napas si gadis tenang kembali. 

Sembilan hari ke depan mereka sering berinteraksi, walau gejala sesak,  batuk dan demam sangat berkurang, tetapi Ayik harus menunggu hasil ronsen dadanya bersih dahulu dari perselubungan putih pneumonia dan hasil "swab PCR" negatif. 

Mereka akrab karena sama-sama jomblo dan kebetulan Ayik perlu banyak informasi dari Bram tentang suka duka di bangsal COVID19  setahun terakhir karena dia adalah seorang "ghost writer", pembuat tulisan untuk beberapa penulis yang sudah punya nama besar dan langganan penerbit "mainstream" tetapi sudah mulai kering ide. 

Penulis lawas ini pasti akan cepat sekali "dibeli" tulisan atas namanya dengan harga yang "cocok", padahal tulisan itu sebenarnya karya muridnya atau asistennya atau tulisan penggemarnya yang minta koreksi karyanya atau memang "ghost writer" yang dibayar kalau buat tulisan atas nama si Nama Besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline