Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Cerpen | Senior Barista yang Kucinta

Diperbarui: 29 Mei 2021   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi ala ala (dokumentasi pribadi)

"Kok kopimu bisa semahal itu?"Jane bertanya penasaran pada Dina,  teman masa kecilnya sampai saat ini yang mengajak "nongki-nongki" di "Cafe:Stary Bugs" yang cukup terkenal di kota kami.  Toko kopi ini terkenal dengan mengutamakan kopi dari Nusantara yang diolah secara modern,  jadi cara tanam,  pemupukan,  pemilihan kopi,  penjemuran,  pengelupasan, penggilingan, serta air penyeduh kopi pun harus memenuhi kualitas tertentu. 

"Kamu lihat di kopiku,  ada gambar 4 kepala kucing,  itu yang membuat Barista paling senior disini.  Makanya "service charge-nya" lima puluh ribu,  harga kopinya 30, total 80 ribu. " Dina pun menyeruput kopi "latte"-nya dengan bangga,  setelah difoto dan diupload  di media sosialnya dengan emoji bahagia. 

"Oh,  aku kepala kucingnya satu.  Ini yang bikin Barista yunior, ya?  Pantas harganya 40 ribu." Jane geleng-geleng kepala dan menyeruput kopinya langsung habis tanpa difoto dulu,  karena tahu kualitas kopinya kalah sama Dina. 

Dua teman mereka yang lain, Kiki dan Ica ternyata hanya pesan teh hangat dan coklat panas dan hanya menikmati roti cruissant yang kebetulan lebih mirip bentuk bulan purnama daripada bulan sabit.

"Boleh Saya bertemu Barista senior disini? Saya mau menawarkan bisnis" Kata Jane kepada salah satu pelayan cafe, kebetulan kantornya ada acara ulang tahun kepala cabang dan ide empat kepala kucing tadi cukup menarik diangkat sebagai ilmu marketing baru. Dan tak lama kemudian datanglah sang Barista usia 40-an,  berkumis tipis,  badan proporsional dengan rambut sebahu,  berkaca mata bulat,  sekilas mirip pianisnya Kla Project.

"Saya Iyolahnian,  yang bertanggung jawab di cafe ini,  apa yang bisa dibantu? "Tanyanya ramah. 

Dina langsung minta foto berdua,  tapi Jane tetap profesional menjelaskan rencana kantornya dan mulai bertukar nomor "WA" dengan si Barista. 

Kisahpun mulai terangkai dari keterpenasaran dan keterpukauan Jane pada penghasilan Iyolahnian yang dapat lebih 100 juta sebulan.  Itu didapat dari gaji bulanan dan "spesial request" bentukan-bentukan di kopi pelanggan yang bisa sampai 50 gelas perhari atau juga kalau dia membuka kelas pelatihan calon Barista, dimana bayarannya perjam bisa 2 sampai 5 juta tergantung kesulitan "skill" yang diajarkannya". 

Padahal Jane yang bekerja di perusahaan milik keluarga kaya kota ini,  dengan kerja sekeras,  sekreatif atau sampai termuntah sekalipun, paling diganjar gaji maksimal 15 jutaan padahal pakaian kerjanya rapi,  wangi dan sangat berbeda dengan pakaian kerja Iyolahnian yang hanya berkaus,  celemek,  celana jeans dan penutup kepala. 

"Saya sebenarnya sarjana hukum. Maunya jadi pengacara,  tapi saat magang saya tidak  tega melakukan perintah senior saya,  nurani saya menolaknya karena persepsi saya beda dengan Boss.  Lalu senior saya bilang,  kamu kalau terlalu perasa,  jangan jadi pengacara,  jadi pembuat kopi saja. Sejak itulah saya mulai banting stir ikut kursus membuat kopi,  di Jakarta,  Singapura,  Thailand sampai ke Eropa." Pengakuan sang Barista di kencan pertama mereka. 

Di usia 43 dia belum menikah walau pernah putus 3 kali.  Alasannya sepele karena orang tua si gadis gak suka pekerjaan yang dianggap remeh begini.  Kebetulan pacar-pacar lamanya anak PNS dan politisi yang gak yakin ada penghasilan sestabil APBN. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline