"Overtraining" adalah proses latihan yang terlalu berlebihan sehingga atlet mengalami kelelahan yang ditandai dengan beberapa gejala-gejala psikologi dan fisiologi, sehingga menurunnya kemampuan tubuh ditengah-tengah program latihan akibat beban yang terlalu berat.
Biasanya istilah "overtraining" ini diberikan kepada olahragawan yang ingin mengejar target latihan tertentu yang diberikan pelatih atau dirinya sendiri, misalnya untuk mencapai rekor atau melatih tehnik-tehnik baru dengan cepat padahal tubuh si atlet tidak siap.
Ini terjadi juga misalnya, setelah bulan puasa atau liburan beberapa bulan, seorang atlet dipaksa porsi latihan berat karena mau langsung ikut kejuaraan tertentu, maka mungkin saja tubuhnya belum mengalami penyesuaian dengan aktifitas berat dan "terkejut" sehingga dapat terjadi beberapa gejala berikut: sussah tidur, selalu merasa lelah, libido menurun, tidak nafsu makan, merasa sakit di beberapa bagian tubuh dan mugkin saja depresi.
Itu adalah untuk olahragawan yang massa otot, tulang, syaraf dan refleksnya sudah terlatih bertahun-tahun, bahkan sejak balita, dapat saja terjadi hal-hal sedemikian, lalu bagaimana dengan yang baru-baru saja suka olah raga, hanya setahunan terakhir gemar olahraga atau ingin membentuk tubuh dengan olahraga berat dan memaksakan porsi berat latihan dengan asupan gizi yang tidak seimbang? Hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
Aktifitas fisik berlebihan, diet yang tidak sesuai dengan aktifitas fisik serta kurangnya tidur dapat berakibat fatal pada beberapa organ, antara lain:
1. Sistem otot dan tulang: dapat terjadi robek atau sedera otot, otot nyeri akibat asam laktat yang menumpuk, persendian nyeri atau tulang patah.
2. Sistem pencernaan: asam lambung mungkin meningkat, konstipasi atau malah diare.
3. Sistem pernapasan: mungkin terjadi sesak napas, jika asam laktat berlebihan mengganggu otot pernapasan atau saluran napasnya terjadi radang akibat reaksi imunologis ketika terjadi kerusakan sel atau jaringan.
4. Sistem persyarafan: Saraf tepi dapat terjadi rasa nyeri, syaraf pusat dapat saja terjadi gangguan kesadaran kalau banyak amoniak atau protein-protein yang pecah di tubuh menumpuk di otak.
5. Jantung dan pembuluh darah: jantung yang terlalu dipaksa diluar batas kemampuannya dapat tiba-tiba saja berhenti akibat gangguan irama yang menyebabkan asupan oksigen berkurang atau karena pecahan-pecahan protein dan lemak di pembuluh darah yang banyak bergumpal-gumpal membentuk emboli dan menyumbat pembuluh darah coroner.
Bayangkan, atlet yang latihan sudah sejak kecilpun dapat terjadi "overtraining", apalagi yang bukan? Untuk itu bagi yang baru mulai-mulai sadar olahraga dan memulainya menjelang usia 40 tahunan, perhatikan hal-hal berikut: