"Saya selamat di "twitter" bertahun-tahun dengan tetap konsisten menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar..." Kurang lebih begitulah yang disampaikan Uda Ivan Lanin yang menjadi pembicara pertama Kompasianival 23 November 2019 di panggung utama One Bellpark Mall (ini padanan bahasa Indonesianya apa, ya?) Cilandak, Jakarta Selatan.
Materi "Personal Branding" di siang itu yang dimoderatori Fristian Griec penyiar Kompas TV, langsung dikoreksi Uda Ivan dengan padanan "Penjenamaan diri" ("ingak...ingak..."). Selanjutnya si ahli komputer yang tertarik belajar bahasa Indonesia secara informal sejak tahun 2006, beralih keterkenalannya menjadi seorang ahli bahasa karena konsisten berbahasa pribumi ini selama berdiskusi di media sosial dan membuktikan kekakuan berbahasa Indonesia itu sebenarnya dapat dihindari kalau kita rajin belajar kamus dan menemukan kata-kata sinonim baru untuk beberapa kata yang ada di keseharian. Selengkapnya dapat disimak di video berikut ini.
Yang kontradiksi sebenarnya pembicara selanjutnya Dita Soedarjo, pengusaha eskrim, penggiat media sosial dan belakangan menjadi semacam motivator untuk anak-anak sekolah dan remaja, gaya bahasanya sangat beragam, memakai bahasa Indonesia, Inggris dan beberapa bahasa gaul yang hanya dapat dimengerti oleh penggiat bahasa gaul. Dapat disimak di video berikut.
Berbeda dengan Uda Ivan yang menyarankan kita konsisten pada apa yang kita ingin galakkan, canangkan atau promosikan maka Mbak Dita yang suka menulis cerpen dan novel ini menyarankan untuk tetap mencoba-coba hal-hal baru dan jangan takut salah. Tetapi keduanya sepakat bahwa kita harus mengerjakan sesuatu yang kita sukai dan kita cintai dan jangan sekali-sekali melakukan sesuatu karena ikut-ikutan orang lain yang sudah terlebih dahulu terkenal karena itu akan sangat melelahkan.
Sesi tanya jawab juga cukup seru karena banyak sekali yang menanyakan pengalaman kedua narasumber saat menemukan kendala atau bagaimana kalau ada pendapat miring dari teman atau saingan yang mematahkan semangat. Mbak Dita dengan gamblang menjawab jangan terlalu memperdulikan ocehan atau sindiran orang lain karena kita tidak makan dari dia, paling-paling kalau nanti kita sukses mereka akan mendekat sendiri dan ingin menjadi bagian dari usaha kita.
Kolaborasi dua gaya berbicara yang menarik seperti ini memang cukup membantu membuat Kompasianer kumpul "numplek" di depan panggung, sampai-sampai beberapa orang perlu saya halau dari depanku karena menghalangi rekaman "handycam" (padanannya mungkin kamera tangan). Banyak tawa, banyak tepuk tangan meriah membuat bergumam dalam hati: tidak sia-sia jauh-jauh dari Palembang datang ke acara ini. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H