Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

"Kalau Hamil Semua Obat Dihentikan, Dok?"

Diperbarui: 22 Juli 2019   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan penyebar hoaks (dok. pri.)

"Siapa bilang?  Dokter kebidanan?  Bidan?  Perawat? " Tanya saya penasaran kepada pasien asma bronkiale persisten berat yang baru pertama kali hamil yang dirawat karena sesak. 

"Bukan,  dok.  Teman saya bekerja,  mereka bilang obat -obatan lain jangan dimakan,  kecuali vitamin untuk kehamilan.  Jadi saya tahankan tidak makan obat asmanya tiga bulan ini. " Kata si pasien usia dua puluhan tahun akhir yang sudah memasuki bulan ke 5 kehamilan.  Ke dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungannyapun dia tidak bertanya soal obat asmanya apa dimakan atau tidak,  karena kebetulan sesaknya baru menghebat di malam hari atau subuh atau kalau suaminya tercinta merokok dengan gagah perkasanya disampingnya saat makan pagi atau siang. 

Akhirnya setelah dijaminkan bahwa obat asma aman untuk bayi terutama obat asma hisap atau semprot yang langsung bekerja di saluran napas,  si ibu mau memakainya selama hamil dan tidak dirawat-rawat lagi.  Tentu juga si bapak sang suami yang merasa jantan merokok sesudah makan di depan istri juga diedukasi bahwa kejantanannya tidak berkurang kalau dia berhenti merokok atau setidaknya kalau  merokok silakan di tempat khusus merokok saja yang ada di pinggiran kota. 

Itu salah satu contoh kasus hoaks tentang obat-obatan semasa hamil yang sering kali ditelan mentah-mentah oleh beberapa ibu hamil,  padahal tidak semua obat harus dihentikan kalau mengandung. 

Yang terpenting si ibu saat periksa ke SpOG (ahli kebidanan dan kandungan)  jujur menceritakan sedang memakai obat kronis tertentu atau saat kontrol ke spesialis penyakit kronisnya menceritakan kalau sedang hamil.  Mungkin nanti akan ada penyesuaian dosis atau ada nasehat membuat jarak 2-3 jam antara obat kehamilan dan obat kronisnya untuk mencegah interaksi obat. 

Kalau toh tidak berobat karena biaya atau repot,  setidaknya bertanya ke beberapa kenalan di bidang kesehatan dahulu atau "browsing" berbagai informasi di internet yang ada di genggaman tiap hari untuk mengantisipasi hoaks yang disampaikan sadar atau tidak sadar yang ternyata dapat saja berakibat fatal bagi si ibu atau janinnya atau malah keduanya. 

Sumber: dokumentasi kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline