Karena sulit merebut kursi di Senayan, kami sekeluargapun memutuskan menduduki kursi di lapangan Tiananmen, Beijing, China tanggal 4 Mei 2019 yang lalu.
Lapangan ini letaknya di depan istana terlarang, tempat raja-raja Tiongkok dahulu tinggal dan memerintah.
Di lapangan ini dahulu tahun 1989 ribuan mahasiswa dan buruh yang memprotes korupsi dan kesewenang-wenangan pemerintah ditembaki oleh tentara dan jumlah korbannya antara 800 sampai 7000 orang, tergantung versi pemerintah atau mahasiswa.
Awalnya adalah kematian sekertaris jendral Partai Komunis China yang mengundurkan diri Hu Yaobang, yang dianggap berpikiran liberal dan saingan perdana mentri saat itu Li Peng, membuat permulaan demonstrasi di bulan April 1989 sampai terjadinya pembantaian di awal bulan Juni 1989.
Untuk menghapus kenangan kelam 30 tahun yang lalu, mungkin termasuk ople power" yang gagal paska aksi yang mirip di Manila di 1986, maka pemerintah China menjadikan lapangan tersebut tempat wisata cantik yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke kota ini.
Dahulu lapangan ini terbuka dan menjadi lapangan alun-alun kota yang terluas di dunia, namun kini sudah dikasih tembok mengelilingi lapangan tersebut dan untuk memasukinya harus barang bawaan diperiksa dan menunjukkan paspor bagi orang asing.
Walau penjagaannya ketat, namun masuk ke lapangan ini gratis.