Kira-kira tiga bulan lalu, saya dan istri sempat terpingkal-pingkal mendapatkan soal-soal dan jawaban hasil midsemester Lukas yang masih kelas dua sekolah dasar. Hasil ujian itu sengaja dibagikan supaya orangtua dapat mengajari anak-anaknya kalau jawabannya salah.
Di pelajaran Bahasa Indonesia, ada pertanyaan begini: Apa pekerjaan utama ibumu? Jawaban si Lukas adalah: Pekerjaan utama ibu memasak dan membereskan rumah. Dan itu dinilai benar oleh gurunya, karena mamanya terlihat setiap hari memasak dan menyapu rumah, walau juga dibantu anak-anak yang sudah sekolah menengah pertama.
Kami memang sudah 7 tahun tidak punya "asisten rumah tangga", maka semua beres-beres dilakukan berdua dan sekarang berlima. Hanya mencuci dan menggosok masih dengan "asisten" yang mengerjakannya di rumah orangtua saya.
Pertanyaan berikutnya, apa pekerjaan utama ayahmu? Maka jawaban lucu si Lukas adalah: pekerjaan utama ayah adalah menyiram kembang di taman setiap hari.
Hampir tiap malam, kalau musim kemarau saya memang menyirami kembang di pekarangan rumah dan Lukas sesekali ikutan membantu, sehingga mungkin berkesan. Lucunya, ibu gurunya tetap mencontreng jawaban itu benar.
Tetapi saya pun menjelaskan kepadanya, kalau maksud pekerjaan utama itu adalah aktivitas yang papanya kerjakan di rumah sakit untuk mencari uang, sebagai dokter, sementara menyiram kembang itu adalah kegemaran atau hobi saja. Akhirnya dia pun mengerti menjawab untuk soal semesteran.
Sepulang dari Kompasianival kemarin 9 Desember 2018 pagi, dia dan abang-abangnya pun memeriksa semua barang bawaan saya dan menemukan piala "Kompasiana Award". Langsunglah mereka bertanya ini dan itu, yang pada dasarnya tidak menyangka untuk tulis-menulis di dunia maya ada juga yang diberikan semacam penghargaan.
Sekalian saja, saya pun kasih tahu bahwa dunia internet itu kalau dikelola dengan benar dapat menjadi sumber penghasilan walaupun saya tetap ingin mereka semua mengejar pendidikan dahulu setinggi mungkin dan jangan ingin cepat selesai sekolah hanya karena buru-buru mau cari makan di internet.
Intinya, saya meminta mereka kalau bisa lebih memanfaatkan dunia maya dengan positif jangan hanya buat nonton youtube film kartun atau parodi-parodi lucu.
Sepertinya anak kedua saya, Markus yang pernah memenangi piala lomba renang tingkat kecamatan dan Bahasa Inggris pun berminat "berlomba" di dunia maya, apalagi saya bilang salah satu animator film-film superhero di Hollywood adalah orang Indonesia yang belajar editan komputernya secara otodidak dari dunia maya.
Melalui tulisan ini, saya pribadi mengucapkan terima kasih pada admin Kompasiana yang tetap meloloskan saya jadi nominasi di kategori spesific interest bidang medis, walaupun saya sebenarnya juga heboh kalau menulis cerpen dan puisi atau terkadang membahas politik dan bola kaki alias penulis "campur sari".