Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Ketika Saya Lebih Suka Pasien Susah Tidur daripada Susah Bangun

Diperbarui: 3 November 2018   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CT Scan otak (dokumentasi pribadi)

"Dok, bapak sekarang jadi susah tidur, maunya saya diajak ngobrol terus, minta makan, minum, padahal yang dimakan dan diminum sedikit. Bolehkah dikasih obat tidur,dok?"Tanya anak pasien kelainan hati yang namanya sirosis hepatis (penciutan hati) akibat hepatitis B yang kronis yang masuk rumah sakit 4 hari lalu justru dengan keluhan pingsan.

"Wah, saya sebenarnya lebih senang bapak ini susah tidur daripada susah bangun sekarang. Tadi saya tanya, bapak ini mengaku bisa tidur, tetapi sebentar waktu siang."Kata Saya.

"Iya, Dok. Dia tidurnya sebentar sekitar pukul 12 siang ke pukul 3 siang. Sesudah itu mengoceh terus cerita masa lalunya, sampai malam, sampai subuh..."Keluh si anak yang usianya 30-an tahun terhadap ayahnya yang usia 60-an tahun.

Rupanya kendalanya si anak tidak bisa tidur, sementara yang menjaga si bapak hanya dia sendirian akibat keluarganya yang lain ada pekerjaan yang lain, sementara si anak wanita yang satu ini ingin merawat ayahnya dengan sungguh-sungguh, sampai hari keempat. Menjelang hari kelima dan si pasien mulai sadar dari kelemahan dan gangguan kesadaran otaknya yang dinamakan ensefalopati hepatik, dia mulai capek juga.

"Saya lebih senang pasien ini susah tidur daripada susah bangun. Karena waktu masuk ke rumah sakit alasannya si pasien seharian tidak bangun-bangun, bukan? Sekarang si pasien sudah mulai bangun, masak saya malah kasih obat tidur?"Tanya saya ke si ibu meminta dia berlogika sedikit.

"Iya, juga, sih, dok. Mungkin saya sebenarnya yang perlu tidur. Saya minta gantian jaga keluarga yang lain saja."Katanya.

Si anak akhirnya menemukan sendiri solusinya, dia kelelahan dan dia mau tidur atau istirahat setelah mungkin 4 hari-4 malam terjaga merawat ayahnya. Semangat mengabdi yang dia ingin tunjukkan dalam 4 hari itu akhirnya luluh juga akibat kondisi fisik dan mental yang mulai meminta diistirahatkan.

Kondisi ensefalopati adalah gangguan kesadaran akibat penumpukan zat-zat tertentu di otak yang menurunkan kewaspadaan, bisa derajad ringan dari hilang konsentrasi, bicara ngawur, mudah mengantuk sampai koma. Zat yang biasa membuat ensefalopati adalah amoniak pada penyakit hati dan ginjal, alkohol, obat-obat tertentu dan protein kekebalan tubuh (sitokin) tertentu kalau ada infeksi berat.

Untuk penyakit hati, maka dikendalikan kelainan hatinya, misalnya kalau banyak sel hati pecah dikasih zat hepatoprotektor, dikasih asam amino esensial yang mampu berkompetisi dengan asam amino yang suka membuat amoniak, sehingga kandungan amoniak di otak berkurang, serta diobati penyakit infeksinya di usus, dengan antibiotik untuk saluran cerna.

Obat tidur harus hati-hati pada pasien-pasien yang justru datang ke rumah sakit akibat kesadarannya menurun. Dapat saja, begitu obat tidur dikasihkan, si pasien tertidur pulas sepulas-pulasnya tanpa bangun-bangun dalam jangka waktu lama lagi.

Seringnya keluarga pasien meminta obat tidur untuk si pasien ini (terutama untuk pasien kambuhan) yang sering dirawat dalam setahun, membuat saya berpikir perlunya semua penjaga pasien diberi pengertian akan resiko menjaga di rumah sakit, salah satunya kelelahan. Walau tidak sering, tetapi pernah ada kasus, penjaga pasien yang sudah nenek-nenek, terpaksa dibawa ke IGD (instalasi gawat darurat) karena pingsan saat memberi makan suaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline