Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Ketika Pasien Stroke Itu Membuat Istrinya Menangis

Diperbarui: 28 Juni 2018   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CT Scan Pasien Stroke (dok. Pri.)

"Tolong, dok. Suami saya tetap ngotot mau minum dari gelas langsung dan mau turun dari tempat tidur untuk ke kamar mandi dan marah-marah kalau dilarang. Dokter marahi suami saya, dong..." Kata si ibu sambil menangis.

Pasien tersebut masih 50-an tahun, lelaki yang sepertinya punya jabatan penting di sebuah kabupaten di sebelahnya kota Palembang, dirawat beberapa hari sebelumnya dengan keluhan nyeri dada kiri dan susah menelan dalam dua hari. Setelah diperiksa, ternyata ada sumbatan jantung dan sumbatan di otak. Bahayanya sih yang sumbatan jantung karena dapat menyebabkan kematian mendadak, tetapi masalah bagi keluarga sepertinya perubahan prilaku si bapak yang begitu santun dan penuh kasih sayang sebelum sakit, seperti yang diceritakan keluarganya, menjadi pemarah, tidak mau menurut sepanjang sakit.

"Bapak, jangan turun ke kamar mandi dahulu, ya. Makan dan minumnya juga harus pakai selang NGT (nasogatric tube, selang yang dimasukkan ke hidung lalu diteruskan ke kerongkongan baru ke lambung). Kalau ke kamar mandi lemas sebelah badan, jantungnya dapat kena serangan lagi, kalau minum dan makan langsung lewat mulut nanti malah masuk ke paru-paru dan bapak jadi kena pneumonia, infeksi paru..." Kata saya membujuk.

Tatapan mata si bapak seperti tidak terima, tetapi dia masih mengangguk dan alhasil besok harinya ketika ditanya perkembangannya, si istri dan anak-anaknya mengeluh si bapak masih melawan mau memaksakan diri, bahkan pernah marah-marah mau minta pulang. Obat deperesi ringan saya berikan tidak membuat banyak perubahan, saat dosisnya dinaikkan si bapak malah mengantuk dan membuat keluarganya khawatir, akhirnya dengan berat hati kasus ini saya rujuk ke rumah sakit yang lebih besar mungkin dapat dilebarkan pembuluh darah koroner jantungnya atau pembuluh darah lehernya dengan obat atau pemasangan "stent" (cincin pembuluh darah).

Gangguan emosional pada pasien stroke akut atau yang berulang memang sering terjadi. Kemungkinan penyebabnya adalah tidak menerima kondisi penyakit yang bak cacat atau lumpuh, tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang membuat tertekan.

Namun di otak tengah juga ada sistem limbic atau fungsi luhur yang menentukan kemampuan baik dan buruk semacam "hati nurani" yang bila sumbatan di otak mengganggu daerah ini membuat si pasien menjadi sangat berubah dari sangat santun dan cerdas menjadi berubah total seperti tidak bermoral, tidak kooperatif atau kebingungan.

Terapi untuk penyakit ini selain terapi strokenya yaitu obat untuk neuroprotektor, obat perangsang sel-sel otak, obat pengencer darah, obat hipertensi atau jantungnya maka pengelolaan gangguan emosional juga penting setelah masa gawat darurat selesai kurang lebih lewat seminggu setelah serangan.

Yang penting keluarga pasien juga sepertinya harus diberikan pengertian kondisi seperti ini supaya jangan kaget dan jangan malah membalas marah, karena pasti akan saling merugikan antara pasien dan si keluarga yang marah.

Bila si pasien ini nantinya kembali dapat berjalan normal, sembuh dari kelumpuhan otot dan sumbatan pembuluh darah, gejala sisa gangguan emosional dan kecerdasan ini mungkin masih membekas atau kambuh-kambuhan. Jadi kalau ada pejabat, orang penting, orang yang dihormati dulunya pernah serangan stroke dan menjalani beberapa terapi stroke yang terstandar maupun yang belum terstandar terlihat emosional dan bicaranya membingungkan, maklumi sajalah, itu salah satu gejala sisa penyakitnya dan doakan cepat sembuh sempurna supaya dapat menjalankan misi hidupnya dengan lebih baik lagi.

dari FB Kompal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline