"Untunglah Brazil tak seperti Argentina, ya. Kalah sampai 0-3."Kata salah satu sesepuh Siahaan, yang menjadi "hula-hula" di pesta ini. Hula hula adalah istilah untuk raja-raja adat marga dari pihak wanita, baik istri, ibu kandung, ibu dari ibunya si ayah pengantin yang memiliki hak adat sebagai pemberi restu atau berkat.
"Iya, kalah pula si Messi sama Kroasia, kalau Brazil masih menang lawan Kosta Rika 2-0. Tapi jadi ngantuk kali aku ke pesta ini. Mana kopi? " Kata yang lain.
Buru -buru pihak "parhobas" atau pelayan yang merupakan anak -anak perempuan dan suaminya dari marga yang berpesta memberikan segelas kopi kepada masing-masing hula-hula.
Selain kopi ada pula yang menyediakan kacang tradisional batak yang digoreng pakai pasir.
Tetapi kalau saya pribadi lebih suka menonton bola dengan kacang berlapis tepung telur yang dipanggang, kacang garuda sesuai slogan "jangan nonton bola tanpa kacang garuda".
Kembali ke pesta adat Batak yang biasa dimulai pukul 11 sampai 18 wib, terasa benar efek nonton bola yang sampai jam 2 pagi ini membuat mata-mata sayu mengantuk terlihat, yang menguap banyak, bahkan ada yang jelas-jelas tidur di meja.
Tidak masalah yang penting waktu gilirannya menyampaikan ulos ke pengantin, dia sudah tidak mengantuk lagi. Dan semangatnya dalam melaksanakan kewajiban adat tetap dilaksanakan walaupun harus bergulat dengan kantuk saat euforia piala dunia melanda Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H