"Ha? Kasus "oplosan" lagi? "Penasaran saya karena sebulan terakhir banyak kasus remaja maupun bapak-bapak di sekitar rumah sakit yang sakit parah akibat minuman beralkohol (mikol) dicampur minuman energi merek "P" Dan "K".
"Sudah dicoba dirujuk,Dok. Tetapi rumah sakit lain mengaku ICU (Intensif Care Unit) mereka penuh dan kasus itu tidak boleh dirawat di ruang biasa." Lapor dokter jaga ruang gawat darurat.
Ada yang aneh, baru dua minggu sebelumnya warga yang sedekatan rumah meninggal akibat keracunan minuman racikan sendiri tersebut, di pesta berikutnya tetap dibuat minuman yang sama dan tetap ada korbannya, walaupun memang lebih banyak yang lolos dari sakit dan hanya mabuk sehari. Yang campur siapa, aturan campurnya bagaimana dan siapa yang bertanggung jawab atas "oplosan " ini tidak ada yang tahu.
Gejala ringannya pusing, mual muntah dan mata kabur, akibat keracunan mikol kronis dan ini cukup diberi obat asam lambung, obat vitamin penguat syaraf dan anti radang.
Kasus berat sampai koma, gagal jantung, gagal ginjal dengan keasaman darah meningkat, gagal fungsi hati, bengkak otak dan berujung ke kematian. Obat terbaiknya sementara ini hanya cuci darah segera.
Masalahnya cuci darah darurat pada orang yang keracunan mikol oplosan beginian juga beresiko tinggi. Intinya mungkin saja Pasien meninggal saat darahnya dicuci akibat kegagalan jantung dan otak sehingga tensinya terus turun.
"Andai saja si penjual "oplosan" itu bisa mencuci sendiri darah korban racikannya. Antarkan saja Pasien kasus begini ke warung mereka..."Keluh Saya.
"Sepertinya minuman ini semacam uji nyali bagi mereka, Dok. Yang selamat dianggap hebat, yang sakit si lemah dan yang tidak berani minum si penakut. "Kata perawat ruangan yang sempat bertanya pada Pasien yang sudah membaik dan mabuk ringan.
Mungkin perlu ditertibkan lebih gencar lagi mikol ini dan edukasi bahayanya dari orang tua ke remaja dan dari pemuka agama ke umatnya. Bahwa harga diri tidak ada urusan dengan berani- beranian minum oplosan. Dan itu bukan aktifitas sosial pertemanan, minum itu adalah aktifitas meracuni massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H