"Darimana kamu tahu? " Tanya Saya penasaran.
"Bulan lalu ada Pasien tuberkulosis paru (TBC) positif 3 dahaknya, dirawat, tanya punya tanya ternyata pekerjaannya tukang masak di restoran itu. Padahal kita termasuk sering pesan makanan disitu, cukup enak, murah meriah dan mau mengantar makanan ke rumah sakit. "Kata salah satu perawat.
"Oh, pantas. Sudah kalian suruh diobati TBC-nya? "Tanya Saya.
"Mungkin sudah, Dok. Oleh perawat bangsal ke poliklinik TBC, tetapi kami boleh waspada, kalau tertular bagaimana? " Lanjutnya.
Memang kuman TBC ini unik, dia dapat bertahan di butiran dahak yang kering dalam waktu lama. Bersama tiupan angin dan debu tanah, kuman kering itu dapat masuk ke saluran napas, saluran pencernaan dan kulit orang lain. Kalau daya tahan si penerima kuman sedang lemah, dapat terjadi TBC paru, TBC usus atau TBC kulit.
Sulit memang memastikan mana restoran yang karyawannya sehat semua, terjamin pemeriksaan kesehatan berkalanya dan mana yang tidak.
Menyebut nama Pasien kemana-mana untuk kasus penyakitnya, merupakan pelanggaran etis kerahasiaan Pasien. Di sisi lain adalah kewajiban melindungi diri dan teman kerja atau keluarga lain dari tertular penyakit berbahaya yang dapat menular lewat dahak, liur atau cairan tubuh orang lain yang bekerja di rumah makan.
"Seharusnya semua restoran yang banyak pelanggannya ada semacam sertifikasi sehat pemasak dan penyaji makanannya. Kalau tidak kita jadi was-was begini... "Kata Saya.
Ini penting, karena beberapa penyakit seperti demam tifoid, hepatitis A, virus dan bakteri Coli diare, menularnya lewat makanan juga. Sementara hepatitis B, HIV dan malaria tidak bisa, karena harus kontak darah segar dan cairan tubuh segar.
"Jadi, memesan makanannya dimana sekarang? Yakin restoran lain itu semua karyawannya sehat? "Tanya Saya penasaran.
"Mau aman, makan jatah rumah sakit saja Dok, pemasak disini pemeriksaan kesehatan tiap tahun ada. Atau bawa makanan dari rumah, tetapi kalau terpaksa beli "online" ya berdoa sajalah, tidak tertular penyakit apa-apa. " Katanya.