Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

"Sick Boy" Antithesis Bermusik Duo The Chainsmokers di Awal 2018

Diperbarui: 21 Januari 2018   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dari: https://www.youtube.com/watch?v=eACohWVwTOc

Siapapun yang suka dugem akan mengenal lagu-lagu "The Chainsmokers" duo Disc Jockey  (DJ)  yang sudah mengeluarkan 24 lagu dalam bentuk digital dan terutama di youtube. Konon keduanya dari media sosial jauh lebih banyak pendapatannya daripada dari pementasan offline. Entah kalau kalian dugemnya suka hanya musik dangdut dan ajep-ajep K-Pop, India, mungkin nama pemusik berbakat ini jarang terdengar.

Anggota grup ini adalah Andrew Taggart (lahir 31 Desember 1989) dan Alexander Pall (lahir 16 Mei 1985) keduanya penggemar Electronic Dance Music (EDM), dimana wajib hukumnya harus membuat pengunjung sebuah pesta atau lantai dansa bergoyang dengan musik yang hingar bingar dan berdentum dentum dan lirik-lirik nan romantis penuh rayuan, pujaan dan kegombalan terang benderang ala pasangan yang dimabuk cinta.

Dibentuk sejak 2012 dan mencapai puncaknya di tahun 2016 lalu ketika lagu mereka berjudul "Closer" yang didendangkan oleh penyanyi tamu Halsey menduduki puncak tangga lagu di Amerika Serikat dan seperti lagu kebangsaan bagi para DJ dimanapun untuk diperdengarkan minimal sekali dalam setiap show  mereka.

Videoklip mereka di Youtube sudah diunggah  hampir 2 milyar kali, kalau per 1000 view mereka dibayar 1 dolar, maka dari sana saja duo ini sudah berhak mendapatkan 2 juta dollar Amerika. Wow!


Namun di awal tahun ini, tepatnya 17 Januari 2018 tiga hari yang lalu, The Chainsmokers melakukan gebrakan yang membuat para penggemarnya terkejut, dengan mengeluarkan single berjudul  "Sick Boy" yang enggak dugem banget, tidak ada gombal disana, tidak ada keromantisan disana malah ada kritik sosial yang sulit dibuat joget. Joget mana boleh sambil mikir, bukan? Coba simak klip dibawah ini.


Nah, mungkin ini bentuk kedewasaan bermusik grup ini yang merupakan antithesis grup musik lain di Amerika yang tadinya beraliran pop, rok, pop rock atau balada yang ujung-ujungnya ikut-ikutan ke aliran EDM, mereka malah memulainya dari musik elektronik dansa-dansi dan ketika sudah mencapai puncak ketenarannya barulah idealisme bermusiknya "dicurhatkan" sepuas-puasnya, mau penggemarnya bingung, kecewa atau marah atau malah kagum dan bangga mereka tidak peduli.

Kalau memang keduanya berubah aliran dan mulai bermusik lebih berbobot baik dari segi musikalisasi, misalnya berani berakustik dan meninggalkan listrik dan komputer sesekali dengan lirik yang lebih humanis atau berspiritual, saya angkat keempat jempol saya dari tangan sampai kaki, tetapi kalau masih mengandalkan komputer dan liriknya berat, saya khawatir mereka harus kehilangan banyak penonton di medsos dan membina penggemar itu susah banget, lho.

Saya pribadi lebih suka duo ini kembali ke jalannya lagi, karena hidup ini yang sudah berat membutuhkan musik easy listening yang mampu membuat suasana ribut-ribut membahas mahar politik, jabatan rangkap, pilkada serentak dan beras mahal sejenak terlupakan.

Setuju?

dari FB Kompal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline