"Kalau kurang dari itu tidak berani?" Tanya saya, pada seorang teman, sesama calon spesialis antara tahun 2004-2005 yang lalu, ketika membahas kemungkinan dia berpoligami di suatu saat nanti.
"Kita kan dokter, suatu saat jadi spesialis, standar hidup pastilah beda dengan orang biasa. Sekolah anak-anak pasti mahal, biaya listrik, biaya makan, biaya sosial lainnya. Makanya, kalau penghasilan saya "hanya" dibawah 5o juta, saya tidak berani berpikir menikahi wanita lain, karena keluarga pertama saya pun masih di kondisi cukup.."Katanya.
"Hitung-hitungan 50 jutanya darimana?"Tanya Saya penasaran.
"Tentukan sendiri sajalah, Pos. Tambah besar, tambah bagus, supaya jangan kepingin macam-macam. Kalau preman kampung sih, penghasilan bertambah 500 ribu sebulan saja mungkin sudah mulai mengincar anak gadis orang. Hahahaha...." Kami tertawa, candaan yang berat tetapi tetap lucu karena analoginya ke preman kampung.
Setahun kemudian kami berdua tamat kelang beberapa bulan dan dia sama-sama bertugas di kota Palembang dan gosipnya penghasilan si dokter yang punya aktifitas memakai pisau ini (ada adegan operasinya) mendekati 200 juta sebulan. Lalu "kepo" saya tanya sana-sini dia masih istrinya satu dan nihil gosip ada selingkuhan yang ketahuan. Jadi teori dia bahwa bertambah penghasilan 25 juta baru berani menikah lagi dan beristri dua tidak terlaksana, apa sebab? Penasaran? Sama.
Intinya, si teman punya standar tinggi tentang sebuah rumah tangga yang dianggapnya cukup secara ekonomi dan kalau toh dia mau membina keluarga yang baru dengan istri kedua dia tidak mau kecukupan di keluarga pertama terganggu, sementara kecukupan di keluarga kedua harus sama baiknya. Teori dia 12-an tahun lalu, kalau penghasilannya minimal 50 juta sebulan, dia baru berani punya istri dua.
Tahun ini taruhlah 100 juta sebulan, saya rasa dokter yang melakukan operasi seperti dia pasti sudah lewat dari itu, tetapi belum juga beristri dua, mengapa? Karena ternyata menikah lagi itu bukan melulu soal penghasilan, bukan melulu soal ketertarikan antara pria dan wanita yang berujung cinta, tetapi juga soal kesempatan.
Si teman praktek dari pagi ke malam, sempat tidur malam saja susah, mau mengurusi dua rumah tangga apakah sempat? Sepertinya belum sempat dan dia menurut cerita teman-teman yang lain lebih suka praktek daripada mencari istri baru lagi.
Bagi teman wanita yang masih gadis, carilah tipe pekerja keras berstandar hidup tinggi seperti ini dan usahakan anda ikut mengendalikan keuangannya saat sudah menjadi suami istri nantinya dan berusahalah menjadi wanita paling istimewa di tidur malamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H