Tahun panas politik 2018-2019 konon kabarnya membuat bangsa Indonesia akan terkotak-kotak menjadi beberapa kubu lagi, ada yang memperkirakan menjadi kubu nasionalis-agama, kubu nasionalis tokhversus nasionalis relijius versusagama dan berbagai teori lainnya.
Itu wajar, selagi tidak ada korban yang fatal sekali karena gesekan-gesekan tersebut.
Pernahkah kita berpikir, saat 1928 semua utusan pemuda mengadakan rapat yang dinamakan Sumpah Pemuda, memutuskan kita satu Indonesia, siapa yang memicunya?
Kemudian tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta menyatakan atas nama bangsa Indonesia kita merdeka, siapa yang membuat kita merasa sebagai suatu bangsa?
Kerajaan di Nusantara satu persatu jatuh ke tangan Belanda dan tidak 100% memegang kendali politik serta ekonominya lagi apalagi militernya, hanya untuk mempertahankan diri dari serangan musuh saja, sedikit melawan maka kerajaan tersebut akan disikat, lalu diangkat raja baru yang lebih menurut.
Coba bandingkan sejarah lahirnya negara Malaysia tahun 1962-1965 yang jajahan Inggris, lalu sejarah berdirinya Provinsi Timor-timur 1976-1999 yang merupakan jajahan Portugis.
Mengapa kedua negara tersebut tidak bisa menjadi bagian dari kita? Karena mereka bukan Jajahan Hindia Belanda. Papua berhak menjadi bagian negara ini juga karena alasan yang sama, jajahan Belanda di Asia Tenggara.
Apakah Kerajaan Aceh dan Kerajaan di kalimantan atau di Sulawesi jaman sebelum Belanda mau bersatu menjadi sebuah negara? Belum tentu, bahkan cenderung diadu domba kalau salah satu menentang Belanda dan yang lain mendukung.
Intinya Indonesia adalah negara bekas jajahan Hindia Belanda dan selama ini yang mempersatukan kita secara prinsip hanya itu, namun oleh para "Founding Father" kita bisa merasa satu kepentingan politik dan merasa kuat kalau mengikat semangat bersama itu bukan hanya berdasarkan historis bekas jajahan Belanda, namun sebagai sebuah kesatuan ideologi, kesatuan ekonomi dan kesatuan cita-cita menjadi bangsa besar.
Pernah ke Eropa? Negerinya kecil-kecil, penduduknya juga tidak banyak-banyak amat. Tetapi memang tidak ada satu negara yang dominan menjajah yang lain, kecuali saat ada Uni Soviet yang menguasai Eropa Timur, lalu bubar karena komunisme di Eropa mulai luntur berganti demokrasi. Terakhir negeri-negeri ini yang kecil-kecil mempersatukan diri kembali secara ekonomi melalui Uni Eropa.
Inti dari tulisan ini adalah, kalau ada sekelompok orang mulai mengutak-atik ideologi yang mempersatukan, rasa kebangsaan yang mengukuhkan dan rasa kebersamaan yang telah terjalin di negeri yang bekas jajahan Hindia Belanda ini, maka alasan kita menjadi satu negara menjadi sulit diterima lagi, karena si Belanda sang penjajah sendiri sudah lama pergi.