Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Ini Alasan Pemilihan Antibiotik untuk Tifoid di Era BPJS Kesehatan

Diperbarui: 28 Oktober 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data penelitian antibiotik (dokumentasi pribadi)

Demam tifoid maupun paratifoid masih merupakan penyebab demam yang paling sering didiagnosis di Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia.Ini dikarenakan tingkat kebersihan pribadi dan lingkungannya masih kurang. 

Penelitian tentang pemilihan antibiotik untuk jenis demam ini sangat banyak, karena antibiotik baru banyak dihasilkan dan ingin dibandingkan dengan antibiotik 'pilihan' yang selama ini dipilih kloramfenikol. Hasil penelitiannya kurang lebih sama,  perlu pengobatan antibiotik lama sekitar 1 sampai 2 minggu untuk membuat hasil kultur tifoid negatif dari yang tadinya positif. 

Dalam simposium Tropik Infeksi di Jakarta tanggal 22 Oktober lalu, salah satu pakar melaporkan bahwa jenis antibiotik fluoroquinolon disingkat FQ, walaupun masih membutuhkan waktu yang sama untuk menghilangkan kuman,  namun lebih cepat menghilangkan keluhan demam,  yang tadinya seminggu menjadi tiga hari.

Dokumentasi pribadi

Nah,  di era BPJS Kesehatan,  kalau pasien tidak demam dan banyak keluhan lagi, maka sudah dapat dipulangkan. Sebenarnya demam tifoid itu sendiripun hanya dirawat kalau indikasi rawatnya jelas,  misalnya demam sangat tinggi,  tidak mau makan dan muntah atau diare sampai dehidrasi berat atau ada komplikasi yang menyerang otak dan merobek usus halus. 

Walaupun obat antibiotik pilihan untuk tifoid masih ditetapkan kloramfenikol (ini kalau ujian di FK harus jawabannya itu), namun bagi dokter di rumah sakit yang merawat pasien BPJS Kesehatan,  penelitian ini dapat menjadi dasar untuk memakai FQ,  karena salah satu 'unit cost' yang besar di perawatan adalah tarif tempat tidur yang disebut 'length of stay (LOS) '.

Dari FB kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline