Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

"Saya Pasti Sakit Lagi kalau Pulang ke Rumah, Dok...."

Diperbarui: 15 Agustus 2017   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Discharge Planning (dokumentasi pribadi)

"Sakit lagi? Bukannya kalau pulang ke rumah lebih tenang? Lebih banyak yang mengurusi? Di rumah sakit ini banyak yang menjerit-jerit dan teriak kesakitan kalau ada pasien gawat atau pasien yang kecelakaan. Padahal ibu sesak napasnya sudah hilang dan jantungnya sudah stabil," kata saya pada pasien wanita usia 60 tahunan yang empat hari lalu masuk ke rumah sakit dengan diagnosis kerja gagal jantung dan infeksi saluran napas berat.

Si Ibu ini sudah diberikan obat pelancar kencing dan penguat jantung, obat anti radang dan antibiotik yang optimal sehingga semua keluhannya berkurang dan rencananya hari ke 5 atau 6 sudah boleh pulang, masalahnya sepertinya dia tidak mau pulang.

"Ada satu anak saya dan menantu saya yang selalu bikin kesal, Dok. Tidak pernah mau mengerti saya. Jadi kalau saya pulang ke rumah dan nanti bertengkar lagi dengan mereka, saya pasti sesak lagi..."katanya seperti mau menangis.

Nah, ini masalah baru lagi. Padahal sejak pembuatan asuhan keperawatan awal dan pemeriksaan medis awal, sudah harus diperkirakan rencana pemulangan pasien, yang terpenting adalah bahwa pasien kalau pulang sesudah perawatan, jangan ke tempat yang dia tidak merasa aman dan nyaman. Berarti si pasien waktu diwawancara 3 hari lalu dan masih sesak belum mau terus terang bahwa dia tidak merasa nyaman di rumahnya sendiri.

"Ada rumah lain, tidak, Bu? Karena ibu tidak boleh di rumah sakit hanya untuk menunggu rumahnya nyaman, karena membuat orang sadar dan mau kerja sama itu susah, saya tidak mau dituduh mencampuri urusan keluarga ibu dan anak menantu. Rumah sakit itu banyak orang sakit infeksi dan banyak suara bising, jadi sakit ibu juga kalau stabil jangan lama-lama di sini, bisa juga gawat lagi," ujar saya.

"Saya nanti ke rumah keluarga yang lain saja, Dok. Atau kalau rumah sakit ini punya rumah perawatan seperti rumah singgah, saya ke sana dulu saja," katanya dengan sangat berharap.

Kebetulan di sebelah rumah sakit persis ada rumah jompo, maka anak-anaknya saat datang diinformasikan permintaan ibu tersebut dan akhirnya sepakat membawa Si Ibu pulang ke rumah keluarga lain dan bukan ke rumah jompo atau ke rumahnya sendiri yang dirinya merasa tidak nyaman.

Kasus ini agak unik karena Si Ibu berani 'curhat' kondisi psikologisnya kalau pulang ke rumahnya sendiri pasca serangan jantung. Seringkali ini terlewatkan padahal rencana pemulangan atau 'discharge planning' itu merupakan unsur penting dalam menatalaksana Si Pasien ke depan. Mengapa? Karena selepas dari rumah sakit, maka dokter harus yakin Si Pasien selanjutnya pengobatannnya dilanjutkan dan penyembuhannya tetap berlangsung.

Bila Si Pasien secara psikis sudah menolak pulang ke rumahnya sendiri dan yakin seyakin-yakinnya akan sakit lagi kalau bertemu orang-orang yang dia tidak sukai (bagi berpenyakit jantung) atau misalnya rumah itu banyak sumber alergi bagi penderita asma (banyak kucing, banyak debu, banyak perokok), maka dokter atau kepala ruangan harus mencari alternatif tempat pasien pulang yang lain.

Rencana pemulangan yang baik menjamin si pasien akan lebih cepat pulih, tetapikalau dia pulang ke rumah yang dia tidak nyaman, maka dalam beberapa hari kemudian dia akan datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) lagi dengan penyakit yang sama atau penyakit lain dengan kegawatan yang sama atau lebih gawat lagi.

dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline