Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Ketika Sebotol Obat Tidur Injeksi Tak Mempan Lagi

Diperbarui: 28 Juli 2017   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasien gaduh gelisah (dokumentasi pribadi)

"Dok, itu ada pasien gaduh gelisah dan berteriak-teriak kesakitan, keadaan umumnya baik, hanya nadinya diatas seratus, kelihatannya sih gejala kecanduan psikotropika atau putus obat itu, dok. Sudah kita kasih injeksi sebotol obat tidur tetap masih gaduh gelisah. Bagaimana, mau dirawat disini, dok?" Tanya si dokter jaga IGD.

"Yakin kecanduan dan bukan penyakit 'beneran',kan? Tifus, malaria, serangan jantung, penyakit hati atau ginjal dapat membuat gejala gaduh gelisah juga, lho..." Kata saya memastikan.

"Dari anamnesis ke istrinya, si pasien tidak ada demam dan sakit kronis, dok. Cuma ngakunya memang 'pecandu'. Tadinya mau pakai BPJS, tetapi saya langsung bilang penyakit akibat narkoba tidak ditanggung BPJS. Tapi istrinya tetap minta dirawat saja walau umum,dok." Kata sejawatku tadi.

Lalu saya periksa fisiknya sebisanya, karena si bapak usia 30 tahunan itu gelisah sekali, teriakannya memekakkan telinga dan tangan serta kakinya selalu bergerak menepis atau menendang dan saya setuju itu kondisi pengaruh obat dan bukan penyakit fisik yang biasa.

"Rujuk saja ke rumah sakit jiwa, mereka lebih tahu menangani pasien akibat obat psikotropika dan narkoba."Kata saya.

Memang tidak semua kondisi dapat dilayani di rumah sakit umum. Untuk masalah khusus biasanya ada rumah sakit yang memiliki prosedur operasional yang spesifik kasus itu. Untuk pasien gaduh gelisah akibat obat atau gangguan jiwa, sangat memerlukan obat khusus dan karyawan yang terlatih menanganinya. Petugasnya kebanyakan lelaki yang mampu mengendalikan pasien mengamuk, bahkan yang mampu melakukan kekerasan.

Di rumah sakit kami, perawatnya banyak wanita, bahkan ada ibu hamil yang sangat tidak terlatih mengatasi kekuatan fisik dari pasien khusus seperti ini.

Di satu sisi pasien itu sendiri sebenarnya sakit yang dibuatnya sendiri, jika kondisi hemodinamiknya stabil, maka sebaiknya dirujuk ke rumah sakit jiwa atau rumah sakit khusus ketergantungan obat. Demi keselamatannya sendiri dan demi keselamatan orang lain di rumah sakit yang umum.

Karena sebelum menolong orang lain, dokter dan perawat juga harus melindungi diri sendiri dari serangan, dari tertular infeksi dan dari bahaya lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline