Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Senangnya Punya Pasien Diabetes Cerdas dan Penuh Keyakinan Seperti Ini

Diperbarui: 31 Mei 2017   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alat periksa gula darah ( dokumentasi pribadi )

"Dok, Saya puasa, gula darah saya saat sesudah berbuka 189 , jadi saya turunkan sendiri dosis insulin saya dari 40 unit ke 30 unit." Lapor pasien lelaki usia tiga puluhan awal yang baru setahun ketahuan diabetes melitus tipe I, yaitu sangat tergantung insulin karena pankreasnya menghasilkan insulin dalam kadar sangat rendah.

Alasan si pasien dia makannya tetap diatur biasa dan makan besar yang biasa 3 kali sehari berubah jadi dua kali sehari dan dia takut menjadi terlalu rendah gula darahnya dan lemas atau malah pingsan.

"Tadi sahur pukul berapa? Kita periksa gula darah sewaktunya sekarang tidak masalah, kan? Tidak batal puasanya, kan?"Tanya saya, karena ada sebagian pasien menganggap periksa gula darah atau periksa darah lainnya membatalkan puasa dan ada yang bilang tidak, tergantung ulama yang dipercayanya dalam membahas cek gula darah sebelum berbuka.

"Sahur sebelum setengah empat, dok. Tidak apa-apa periksa gula darah, dok. Saya yakin tidak batal, karena niat saya tetap puasa dan keluar darahnya memang ada kepentingan."Katanya mantap.

Nah, pasien yang yakin begini membuat dokternya tidak ragu. Berani melakukan sesuatu karena ada ilmu dan banyak membaca serta bertanya ke orang yang berkompeten, lalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Gula darah bapak 137 mg/dL. Untuk yang sudah 2 jam lepas makan itu cukup bagus. Teruskan saja dosis insulin jangka panjangnya 30 unit, suntiknya sesudah berbuka saja dan sesudah lebaran, dosisnya kita atur lagi."Saran saya.

Pasien cerdas seperti ini biasanya saya serahkan pengendalian kadar gulanya secara mandiri. Dosis insulinnya saya tulis di resep maksimal di angka 40 unit sehari, tetapi pertiga hari si pasien disarankan periksa sendiri gula darahnya, kalau cenderung dikisaran 80-100-an, dosis insulinnya diturunkan 3-6 unit. lalu bila kadar gula darahnya antara 140 sampai mendekati angka 200 mg/dL, maka dosis insulinnya dinaikkan lagi 3-6 unit juga. Kenaikan tergantung berat badan pasien juga, semakin berat badannya, naik turun insulin lebih besar. Ini dimungkinkan karena si pasien punya alat pemeriksa gula darah sendiri dan tahu mempergunakan, memelihara dan menjaga ketepatan angkanya dengan ditera teratur.

Maka wajarlah sejak dirawat setahun lalu dengan gula darah lebih 600 mg/dL saat pertama kali tahu diabetes dan sesak hebat, pasien ini tidak pernah dirawat lagi dan kontrolnya pun teratur, bahkan anak-anaknya yang masih kecil pun sudah dilatih hati-hati makan yang manis-manis.

Kalau semua pasien seperti ini, sepertinya menjadi dokter lebih mudah. Tetapi tetap harus siap melakukan penyuluhan dan pendidikan penyakit sedapatnya pada pasien lain dengan kecerdasan dan keyakinan hati yang berbeda lainnya.

FB Kompal (dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline