Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Untunglah Kompasiana Tidak Diblokir di Tiongkok

Diperbarui: 5 Januari 2017   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandara Changsa, China (Dokumentasi Pribadi)

"Kuat tidak anak-anak hanya tidur di kereta?"Tanya istriku saat mengatur liburan ke pegunungan di RRC yang menjadi tempat syuting film Avatar, Zhangjiajie.

"Ya, anak cowok harus kuat. Kita coba saja..."Kataku sekitar 6 bulan lalu, lalu kami pun ikut tur di pegunungan itu tanggal 4 sampai 7 Januari 2017. Turnya mulai di tempat, sedangkan perjalanan menuju tempat itu urusan peserta masing-masing. Lalu kami naik pesawat A*r A**a dari Palembang ke Kuala Lumpur, 2 Januari 2017 pukul 9 pagi sampai disana pukul 11 dan pukul 18 naik maskapai yang sama ke Changsa, ibukota kabupaten Hunan, tempat pegunungan itu berada dan tiba disana 23.00.

Sampai di Bandara Chang, makan sebentar di restoran sana, kami bertaxi ke stasion kereta Changsa yang menyediakan kereta cepat bertempat tidur tingkat, pemesanan tiket dapat dilakukan secara 'online' dan kami pilih berangkat subuh pukul 6 pagi tanggal 3 Januari, karena takutnya kalau agak siang, antri tukar tiket di China pasti sangat padat mirip lautan manusia.

Menukar tiket 'on-line' menjadi 'off-line' di stasiun kereta (dokumentasi pribadi)

Tempat tidur bertingkat tiga, baru pertama ini saya alami, itu adanya di gerbong 10 kereta K 966 dari Changsa ke Zhangjiajie, pukul 06.04 pagi dan tiba pukul 11.00. Untunglah anak-anak dapat tidur dengan nyenyak, terutama Lukas anakku terkecil yang ribut bertanya kapan ke hotel, terpaksalah Saya bilang itu adalah hotel kereta, makanya dia mau memejamkan mata dengan tenang, karena yakin sudah masuk hotel dan bukan berkelana lagi. Tarif kereta yang ada tempat tidur ini seorang 100 yuan kurang lebih.

zhangjiajie-tempat-tidur-kereta-changsa-586d14a83193730905393daa.jpg

Sesampai di Stasiun kereta Zhangjiajie dengan bermodal bahasa Mandarin ala kadarnya, Istri dan anak-anak bertanya dimana mendapatkan bus kota nomor 5 yang perhentian terakhirnya di Hostel tempat kami menginap malam itu tanggal 3 Januari. Lalu sambil berbelanja permen lolipop, si tukang warung menunjukkan tempat mengambil bus itu sambil agak takut-takut karena banyak calo-calo taksi dan pemandu-pemandu wisata berkerumun menawarkan jasanya dengan bahasa mandarin, dalam hati Saya berguman "Mboten Kertos , Koko..."

Bus kota no 5 telolet (dokumentasi pribadi)

Bis kota di China ternyata padatnya luar biasa, tetapi naik taksi takutnya harganya 'argo kuda', terpaksalah dicoba nekad bawa koper 5 naik itu dan harganya berlima hanya 5 yuan. Awalnya kami harus berdiri, sambil sibuk menjaga koper dan dompet, tetapi menjelang sampai di perhentian terakhir, dapat juga tempat duduk yang layak dan bisa menikmati bunyi klakson bus yang juga berirama "Kong telolet Kong..."

Lobby hostel Qixi (dokumentasi pribadi)

Sampai di perhentian terakhir bus kota nomor 5, dengan tanya sana-sini dengan banyak orang setempat dan menyasar beberapa kali, namun karena yakin hostel itu di peta tidak lebih 100 meter dari perhentian, kami sampai juga di Hostel Qixi yang banyak direkomendasikan wisatawan 'backpacker' Eropa, karena mampu berbahasa Inggris dan 'helpfull'. Sayangnya 'google map', youtube apalagi facebook di blokir di China, makanya tidak bisa menanyakan ke 'Mbah Google' arah yang benar. Harus bertanya, dengan tulisan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari di palembang dan setelah 3 kali salah arah, akhirnya ada juga yang benar. Hostel ini harganya sekamar sekitar 60 yuan (sekitar 120 ribuan rupiah), kami berlima harus 2 kamar.

Tanggal 3 kemarin hanya Saya isi dengan makan sore dan selebihnya tidur nyenyak, karena sudah 26 jam hanya tiduran ayam di kursi pesawat, di kereta dan di ruang tunggu. Selanjutnya tanggal 4 pagi kami mulai mencari apa saja 'isi' Kota Zhangjiajie, sebelum ke pegunungannya. Dan resepsionis hotel menyarankan kami ke musium dan taman kota saja, karena kami harus ke lokasi tur siangnya.

Musium lantai 2 (dokumentasi pribadi)

Musium kota Zhangjiajie, ternyata tidak kalah modern dan menarik seperti musium di Australia, Singapore dan Hongkong, padahal hanyalah setingkat kecamatan, ada tiga lantai yang membahas masa geologi, menceritakan bagaimana terbentuknya gunung-gunung yang runcing seperti terpahat disana, akibat adanya gempa dan patahan gunung tidak melebur di dasar, tetapi membentuk dua atau tiga irisan yang bak disusun teratur.

Tingkat kedua tentang sejarah manusia dan kehidupan budaya dari masa purba sampai masa perang dunia kedua dan tingkat ketiga tentang kota itu masa modern, kita bisa melihat miniatur kota yang bercahaya gemerlap di puncak musium, indah sekali. Padahal masuk ke musium ini gratis, hanya perlu 'scanning' pasport kita di mesin pendataan mereka. Pungli? Gak ada tuh.

Diorama budaya Zhangjiajie (dokumentasi pribadi)

Maket kota Zhianjiajie yang bersinar indah (dokumentasi pribadi)

Selesai dari musium kami menyempatkan diri berjalan-jalan di taman kotanya yang konon kabarnya cukup terkenal di China karena 'landscape'nya yang spektakuler. Memang Zhangjiajie baik di kotanya dan di pegunungannya sering dikunjungi wisatawan yang berbasis arsitek maupun tehnik sipil untuk mempelajari kehebatan konstruksi bangunan-bangunan seperti jembatan kaca, jalan layang, perlintasan kereta api, bendungan dan lain sebagainya. Biasanya yang belajar untuk program master atau doktor.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline