"Sesaknya jauh berkurang, Dok. Nyeri dada kiri yang biasa terjadi kalau kerja berat sudah sangat berkurang. Rupanya memang jelas kelihatan bedanya di ronsen, ya...," kata si kakek usia 60-an tahun yang baru selesai menjalani obat antituberkulosis (OAT) selama 9 bulan.
Dia awalnya mengeluh batuk darah. Setelah dironsen, dijumpai gambaran seperti di bawah ini dan bandingkan dengan gambar di atas, terutama gambaran bula yang tadinya besar, lalu mengecil.
Pada dahaknya dijumpai bakteri tahan asam (BTA) positif dan harus diobati 6 bulan dengan 4 kombinasi obat anti-TBC. Bula adalah ruangan kosong di paru-paru yang terbentuk akibat rusaknya jaringan paru-paru normal karena dimakan kuman tuberkulosis. Pada gambar yang bawah, selain bula ada juga dijumpai cairan di pleura (lapisan pembungkus paru) yang menandakan masih adanya kuman aktif yang membuat reaksi radang.
"Saya baru kali ini lihat bula yang mengecil, Kek. Biasanya, kalau ada kantong udara kosong di paru-paru sebesar itu, maka setiap di foto ukurannya tetap sebesar itu. Kakek termasuk yang beruntung sel-sel parenkim paru-parunya masih mau tumbuh lagi," kata saya.
"Saya sering makan putih telur dan minum susu, Dok. Saya mau sehat lagi, Dok," kata si Kakek bersemangat.
"Makan terus yang bergizi, Kek. Setahun lagi siapa tahu bulanya hilang..," kata saya.
Nah, 6 bulan pertama si Kakek diobati OAT memakai program DOTS (Direct Observed Treatment Short-Course) dari Kementerian Kesehatan. Namun, setelah 6 bulan, keluhan si kakek masih ada dan hasil ronsennya masih banyak gambaran infeksi aktif. Diteruskanlah pengobatan 3 bulan dengan program BPJS Kesehatan karena program DOTS-nya sudah selesai.
Jadi, BPJS Kesehatan tidak mengobati OAT pada 6 bulan pertama karena sudah ada program di Kementerian Kesehatan dan menghindari tumpang tindih pelayanan.
Namun yang menggembirakan, bila si pasien bersemangat untuk sembuh, bersemangat makan yang bergizi, ternyata 'cacat' di paru akibat keganasan kuman TBC pun ternyata bisa berkurang dan jaringan paru yang relatif sudah sangat minimal kemampuan memperbaiki diri akibat usia tua pun ternyata mampu tumbuh kembali. Maka dari itu, walau pasien kita tua, sudah cacat paru-parunya di mana-mana, jangan putus asa, tetap ada harapan untuk memperbaiki kualitas hidup. Pasien ini buktinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H